Thursday, December 1, 2016

Keluar Dari Persembunyian

   Gua bener-bener minta maaf, readers. Soalnya udah sekian bulan gua tidak post apapun di blog ini. But, trust me. Ada terlalu banyak distraction yg menyapa gua semester ini. Memang kurang tepat kalau gua menjadikan 'semester tua' sebagai alasan untuk tidak post apapun, but that's the fact, Bros. I'm in an age where the most important thing is graduated from college. Ya,meskipun nulis tugas akhirnya kesendat-sendat. Ini aja gua sempetin nulis lewat hp karena gua merasa kasihan ngeliat blog gua ditempatin sama gelandangan tidur. FYI, laptop gua juga belom baikan. Chargernya meledak pas gua di Batam dan belom sempet gua beliin lagi karena sekarang keadaan eknomi sedang tidak bagus. I have my own monetary crisis which come at a very wrong time since this is my last year at college and i got so many bills to pay. Tapi, ya, doakan sajalah semoga semuanya kembali stabil dan perlahan-lahan gua bisa kembali aktif di dumay. I really miss you, Readers!
   Gua kangen nulis serampangan lagi. Dimana nggak ada rules tertentu buat mengekspresikan apa yg ada di pikiran gua. So far, di kampus, gua belajar academic writing which has so many rules yang gua akui susah buat seseorang yg mendasarkan semua isi tulisan kpd opini pribadi. But that's okay. Kita nggak bisa terus melawan arus dan mencoba melepaskan diri dari aturan karena berkat aturan, kita masih hidup sampai detik ini. Gua paham sekali kenapa kemudian saat ini banyak orang yg menyerukan kebebasan berekspresi. Manusia makin banyak dan begitu jufa debfan inovasi. Manusia harus menjadi lebih kreatif dari sebelumnya agar bisa bertahan hidup. But remember,we have rules, Everybody.
   Sekampret apapun rules tersebut, jangam pernah lupa bahwa aturan tersebut yg sedikit banyak melindungi kita dari sekian banyak kejahatan. Kalaupun kemudian kita jengah dan menganggap rules adalah barrier dalam berkreasi, jangan serta merta meneriakkan rules adalah pembodohan dan lain sebagainya. Rules tidak dibuat dalam waktu semalam. Perlu pemikiran mendalam agar rules tidak timpang. Dan bukan sembarang orang yg merancang rules. We have to respect it. Gua juga sering menentang rules. Tapi janganlah terlalu anarkis. Kalo nggak mau ikut yasudah, jangan bikin propaganda yg bisa memecah belah manusia.
   If you want to leave, just leave. Do it. Dan jangan menyusahkan orang lain. Kita manusia yg udah gede. Terutama bagi gua yg berumur 20, sudah saatnya mengambil sikap secara pribadi. Nggak usah menghasut sana sini buat mencari simpatisan. We stand upon our own feet. Nggak usah memaksa orang memilih apa yg kita pilih. Everybody's different, Dude. And we live in a common tagline called 'university', united in diversity.

Friday, June 3, 2016

Kebiri Kimia: Mati Pelan-Pelan Karena Nggak Bisa "Berdiri"


   Hai, readers! Lama banget nih nggak ketemu. Kangen nggak? Sorry banget gua selama beberapa waktu ini nggak bisa post apapun karena gua lagi sibuk di kampus. Gua masuk tahap Seleksi 2 Internal buat persiapan NPEO (National Polytechnic English Olympics) 2016 yang bakal diselenggarakan di Batam. Jadi, otomatis gua harus belajar lebih keras buat hari H. Dan pastinya, waktu gua buat santai juga berkurang. Kali ini gua akan membahas topik yang lagi lumayan ramai dibicarakan yakni Chemical Castration alias Kebiri Kimia.
   Baru-baru ini, Presiden Indonesia, Bapak Jokowi, mengesahkan Perpu tentang kebiri kimia buat pelaku kekerasan seksual terutama pedofilia. Banyak pro dan kontra tentang hukuman ini. Sebenarnya, tujuan dari hukuman ini baik banget. Yaitu memberikan efek jera yang amat sangat terhadap pelaku kekerasan seksual. Seperti yang kita tau, Guys, akhir-akhir ini banyak banget kasus perkosaan yang melibatkan kekerasan serta pelaku dan korban di bawah umur. Sangat memprihatinkan emang. Hukuman penjara pun rasanya nggak cukup buat pelaku first-grade crime kayak gitu. Makanya, pemerintah berinisiatif buat memberikan kebiri kimia sebagai hukumannya.


   Meskipun hukuman ini dinilai paling sesuai buat kondisi saat ini, masih banyak pro dan kontra yang mewarnai. Salah satu alasan buat nggak setuju dengan hukuman ini adalah karena nanti, setelah disuntikkan hormon perempuan atau antiandrogen kedalam tubuh si pelaku, si pelaku bakal kehilangan libido dan jadi kayak robot karena nafsu seksualnya minim atau bahkan nggak ada. Selain itu, menurut beberapa ahli, tindakan ini juga bakal meningkatkan resiko osteoporosis dan hipertensi karena tulangnya bakal melemah dan lemak juga bakal nambah sehingga menekan pembuluh darah.
   Kalo menurut gua sendiri sih, gua nggak sepenuhnya nggak setuju dengan hukuman ini. Soalnya, dalam pandangan gua, kebiri kimia ini mungkin lebih mendingan daripada kebiri fisik. Gua aja nggak bisa bayangin kalo pelaku-pelaku itu dikebiri secara fisik. Dipotong men! Nggak kebayang aja gimana rasanya gitu loe bangun tidur suatu hari dan mendapati "telor" lu ilang yang mana itu adalah telor yang loe bangga-banggakan karena selamanya nggak netas-netas :D
   Mungkin yang membuat gua kurang begitu setuju dengan kebiri kimia adalah karena hal tersebut bakal membuat si pelaku menderita seumur hidupnya. Bayangin aja, ketika dia selesai disuntik, dia bakal nggak punya nafsu seksual kayak zombie. Ya mungkin realitanya nggak seserem zombie sih, cuman ya, gua nggak bisa membayangkan hidup macem apa yang bakal dia punya kalo nafsu seksualnya dihilangkan atau minimal dikurangi secara drastis.
   Lagipula, Guys, memberikan kebiri kimia sama aja membunuh dengan pelan-pelan. Soalnya, gua yakin ya, bagi sebagian pelaku yang mentalnya nggak terlalu kuat, hukuman dengan menghilangkan nafsu sesksualnya pasti bakal dirasa parah banget. Apalagi, buat cowok, memliki "barang" yang bisa berdiri adalah kebanggan tersendiri. Nah kalo si Joni nggak mau berdiri-berdiri, itu bagaikan kehilangan harga diri dia, Guys. Bahkan ada kemungkinan dia bakal stres dan bunuh diri karena merasa nggak jantan lagi.
   Gua bukannya mau membela pelakunya sih. Gua cuma merasa bahwa kebiri kimia kok kayaknya terlalu kejam. Hal itu jadi membuat kebiri kimia lebih seperti tindakan balas dendam daripada hukuman. Kalo ngomongin hukuman yang adil versi gua, maka gua menyarankan hukuman mati aja ketimbang kebiri kimia. Beberapa ahli juga mengatakan bahwa kebiri kimia sifatnya juga nggak permanen sehingga ketika habis masa suntikannya, masih ada kemungkinan dia akan melakukan kejahatan yang sama. Dengan kata lain, kebiri kimia juga bukan termasuk hukuman yang efektivitasnya tinggi.
   Menurut gua sih, hukuman mati kayaknya masih menjadi hukuman yang lumayan adil. Karena, dengan meghukum mati pelakunya, kita bisa menciptakan keadilan buat kedua belah pihak; pelaku dan korban. Keluarga si korban akan cukup puas ketika pelakunya dihukum mati setelah melakukan first-grade crime, sedangkan keluarga pelaku juga tidak perlu merasa tidak adil karena si pelaku nggak harus menderita seumur hidup.


   Itu tadi sekilas tentang pendapat gua mengenai kebiri kimia. Karena ini cuman pendapat, nggak perlu merasa tersindir ataupun gimana gitu lah ya. Nggak usah terlalu baper masalah beginian. Yang memutuskan pun pasti udah mempertimbangkan masak-masak sebelumnya. Jadi, nggak perlu rusuh gara-gara beda pendapat deh, Guys. Bhinneka Tunggal Ika, meskipun berbeda-beda tetapi tetap satu. Salam anti baper! See you di postingan berikutnya!

Monday, April 25, 2016

Mantengin Grown Ups 2

   Hai, Readers! Masih tetep melek ato udah tepar dari tadi? Gua dateng lagi nih. Karena ternyata gua belom bisa tidur. Jadi, daripada nganggur, gua bikin postingan aja lah. Ini tentang film yang kemaren malem gua liat, Grown Ups 2, yang sumpah bikin ngakak banget.


   Jadi ini ceritanya tentang sekumpulan bapak-bapak yang mencoba buat kembali bersenang-senang kayak waktu mereka masih sekolah dulu. Banyak hal yang udah mereka alami semenjak jadi orang tua. Mulai dari mengalami masalah rumah tangga standar, sampe ke bebrapa masalah yang bikin hubungan mereka dan anak-istrinya jadi runyam.
   Gua sendiri udah 2x liat film ini. Dan yang bikin gua tertarik adalah munculnya Taylor Lautner. Gua sih sebenernya nggak sengaja waktu pertama kali liat film ini. Soalnya watu itu lagi nggak ada acara tv yang bagus, jadinya gua pindah channel ke Trans TV dan nemuin film ini lagi diputer dapet separo. Karena pas yang muncul waktu itu adalah adegannya si Taylor, akhirnya gua nggak pindah-pindah channel karena gua penasaran sama doi. Soalnya yang gua tau, selain main di Twilight, doi main di Tracers. Kok rasanya gua kudet sekali ya?


   Disini, si Taylor ini berperan jadi anak kuliahan yang gabung di persaudaraan Kappa Eta Zigma. Si Taylor ini diceritakan jadi kek semacam leader dari persaudaraan tersebut yang nggak terima waktu Adam Sandler dan temen-temennya mau renang di danau deket pertambangan buat mengenang masa-masa mereka sekolah.
   Di akhir cerita, si Taylor dan temen-temen se-asramanya dateng ke pesta reuni Adam Sandler dan temen-temennya karena mereka menduga bahwa yang ngerusak dan mencorat-coret asrama mereka adalah kelompoknya si Adam Sandler. Tapi kemudian anak dari temennya si Adam, Higgins yang ngaku kalo dia yang udah ngerusak asramanya si Taylor. Kemudian bentroklah dua kelompok beda usia itu di halaman rumahnya si Adam. 'Pertempuran' itu akhirnya dimenangkan oleh kelompok tetua karena mereka punya sodara atau kerabat yang hebat yang bisa bantuin mereka.


   Si Adam Sandler sendiri harus melawan Taylor dengan susah payah karena emang umur dan skill mereka udah beda. Tapi si Adam ini bisa memenangkan duel tersebut setelah anak bungsunya yang cewek ngasih Taylor boneka monyet yang bisa memancing rusa buat nyeruduk. Karena Taylor udah tumbang, otomatis anggotanya yg lain segera ngacir dan para orang tua awesome nan binal itu kembali ke kehidupan mereka.
   Film ini pas banget deh buat loe semua yang lagi pengen ngakak karena temanya emang komedi. Gua jamin, adegannya kampret-kampret sekalee. Yaudah ya, mungkin sekian dulu reviewnya. Lanjut ntar kalo gua nggak males, dan peralatan mendukung. See you di postingan berikutnya!

Perihal Bakmi Mewah

   Hai, Readers! Apa kabar? Siang-siang gini pasti pada molor semua ya? Hmm, wajar sih. Soalnya gua juga capek banget abis kuliah hari Senin ini. Jadi bawaannya pengen tepar mulu. Tapi sebelom gua pingsan, gua mau mengulas satu topik seru nih, Guys. Apalagi kalo bukan masalah... mie instan! Gua yakin begitu denger frase "mie instan", Readers sekalian yang anak kost kayak gua langsung keroncongan. Tenang. Masih ada Energen kalo kantong udah nggak mampu beli Indomie.



   Jadi, kemaren sore itu gua dan Emak serta adek-adek gua lagi penasaran banget sama yang namanya rasa dari Bakmi Mewah. Soalnya emak gua kan orangnya gampang banget tertarik sama iklan. Jadinya, kita pun beli 1 pcs dan masak dengan segudang ekspektasi. Seperti biasa yah, di iklan emang segala sesuatu terasa seribu kali lebih menggoda ketimbang aslinya. Begitupun dengan mie instan mahal yg satu ini. Dengan harga RP6.500 per satu bungkusnya, gua sebagai anak kos menganggap itu mahal. Bayangin aja, dengan uang segitu, gua udah bisa beli Indomie rasa apa aja sebanyak 3 bungkus.
   Waktu pertama kali buka bungkusnya, rasa pesimis gua muncul nggak karu-karuan ketika gua pegang sachet isi daging ayam dan jamurnya. Tipiiisss banget sachetnya. Bahkan hampir kayak shampoo Dove yang seribuan. Kemudian adek gua yang pertama langsung masak mie-nya di dapur sementara gua dan emak belom berhenti "mengagumi" sachet dagng ayam yang memprihatinkan itu. Setelah mie nya masak, kitapun mengikuti prosedur yang ada di TV. Dan...walla! Jadilah semangkok Bakmi Mewah dengan taburan daging ayam yg lebih mirip gumpalan upil di atas mienya.


   Agak kecewa juga sih ngeliat ayamnya nggak sebanyak yang gua bayangin. But it's okay lah selama rasanya nggak parah-parah amat. Tapi ternyata setelah gua makan, rasanya pun ya... yaudahlah ya. Gua nggak bisa jelasin. Rasanya asin, Guys. Tapi asinnya itu beda sama asin dari bumbu mie kebanyakan. Entahlah. Berhubung gua dilahirkan untuk jadi penampung makanan, akhirnya tandaslah semangkok Bakmi Mewah tersebut meskipun asin-asin geli enak gimana gitu. Dan setelah makan, gua jadi agak merasa bersalah telah mengkhianati Mie Sedaap Rasa Soto dan Indomie Rasa Kaldu Ayam gua yang nangkring di lemari. Oh, mie instan langgananku, inikah karma yang kau berikan terhadap penghianatanku?
   Yaudah deh, kayaknya sampe sini dulu. Semoga bisa jadi bahan pertimbangan buat anak kos. See you di postingan berikutnya ya!

Friday, April 22, 2016

Main Akinator, Jin Digital Yang Sotoy Sekali


   Hai, Readers! Apa kabar? Kali ini gua hadir dengan review tentang game kampret, Akinator. Sebagian dari kalian mungkin udah ada yang sempet mainin game ini. Soalnya game ini bukan game yang baru-baru banget. Bahkan gua liat videonya bang Edho Zell, tertanggal Juli 2015. Jadi mari kita simpulkan bahwa ini game lawas yg baru kemaren gua ketahui dan baru sekarang gua tulis reviewnya.
   Kesan pertama yang gua dapet ketika mainin game ini adalah betapa kampretnya si Jin ini yang entah kenapa tebakannya sering bener. Tapi gua sempet ngalahin doi sekitaran tiga kali, jadi gua anggap bahwa game ini masih manusiawi lah.
   Gua mainin game ini berbekal hape android punya junior gua yang gua banggakan meskipun mukanya mirip muntahan, Ula N. Muntaza (ulamuntaza.blogspot.com). Jadi ceritanya tadi malem pas gua maen ke kamarnya, doi menitipkan hapenya ke gua duat di cas, soalnya dia kayaknya nggak bawa charger (dia nggak niat banget gitu loh punya hape). Dan doi juga mengijinkan gua memainkan aplikasi apapun di hapenya sebagai tanda terima kasih. Oke kalo gitu, liat aja nanti. Gua bakal bully dia dengan membacakan chat dia sama mantannya. Huehehehe... mantav!
   Kembali ke Akinator. Semaleman gua cekikikan main itu karena dia kok bisa-bisanya bener banget. Ya meskipun gua tahu bahwa itu di dasarkan pada database dia, tetep aja asik banget ketika ada sesosok Jin digital yang seakan-akan serba tahu tentang siapa yang gua pikirin. Tapi ketika kita memikirkan karakter yang bukan public figure ataupun tokoh kartun, si aplikasi ini bakal jawab "classmate" atau "family".
   Game ini sangat recommended buat mereka yang sangat iseng pengen ngomong dengan aplikasi yang mirip Simsimi. Ato bahkan yang jojo with too much free time kayak gua juga bisa maen game ini daripada stalking akun-akun mantan.
   Yaudah lah ya. Kayaknya cukup sekian dulu review nya. Soalnya pacar gua bermasalah beneran sama harddisknya sehingga nggak bisa dipake lama-lama. See you di postingan berikutnya!

Tuesday, April 12, 2016

Tentang Perspektif

   Hai, readers! Lama juga ya gua nggak post. Kangen? Cie... ngaku aja deh kalo ada yg kangen. Nggak bakal gua gampar kok, tenang aja. Gua bakal peluk kok ente-ente semua yg bilang kangen sama gua. Enak kan, jadinya loe bisa dapet pelukan gratis dari blogger pedofil jomblo nan hina ini. Itung-itung buat hemat selimut, Guys. Sekarang kan musim ujan tuh, kalo selimutnya nggak kering kan loe semua bisa kedinginan. Makanya, sini-sini gua tawarin diri gua buat jadi selimut. :D (kok gua murahan banget ya rasanya)
   Yaudahlah ya, mari kita tinggalkan sisi murahan gua, dan sekarang kita masuk ke sisi gua yang lebih cool karena kita bakal ngomongin sesuatu yang seabstrak tulisan cakar ayam gua bernama 'Perspektif'.


   Ketika kita mendengar kata 'perspektif', yang ada di dalam pikiran kita adalah frase 'sudut pandang'. Dan ketika frase 'sudut pandang' itu muncul, akan diikuti frase lain yakni 'susah dipahami'. Oke, terserah pikiran kalian aja sih. Gua nggak akan menyalahkan siapapun yang memiliki pemikiran seperti di atas. Karena seperti yang gua bilang di depan, perspektif itu sebastrak tulisan cakar ayam gua. Jelek iya, tapi bukan berarti itu nggak mungkin terpecahkan. Remember, selalu ada jalan ketika kita mau mencoba.
   Sebenernya, kalo menurut pemikiran gua, yang membuat perspektif susah dipahami adalah diri kita sendiri. Rasa kurang dapat menerima pendapat atau pandangan orang lain itulah yg kemudian membuat kita menganggap bahwa apapun, ketika bersentuhan dengan masalah perspektif, akan sulit dicari jalan keluarnya. Sebenarnya nggak sesulit itu kok untuk menghargai pandangan orang lain. Karena selama ini yang sering keluar dari mulut bukanlah perspektif. Itu hanya persepsi (anggapan). Perspektif bekerja di dalam pikiran kita, yang kemudian akan melahirkan persepsi. Kalo menurut gua, perspektif bukanlah hal yang gampang buat diuraikan atau dijelaskan kepada orang lain. Jadi berbahagialah yg punya pendapat kalo perspektif itu sulit.
   Menjelaskan perspektif kita terhadap sesuatu kepada orang lain itu ibarat seorang pengagum seni menjelaskan tentang kedalaman arti dari sebuah lukisan abstrak kepada orang awam. Si orang awam mungkin akan manggut-manggut dan mengiyakan aja apa yg dikatakan oleh si pengagum ini. Tapi tetep aja ada satu bagian di hatinya yg menyangsikan atau meragukan abis-abisan mengenai penjelasan si pengagum.






   Sekarang kita ambil contoh lukisan ini deh. Sebagai orang yg ngerti seni, si pengagum mungkin bakal memaknai lukisan ini sebagai ungkapan dari amarah yg hebat karena disitu terdapat coretan berwarna hitam dan bercak-bercak merah yg bisa juga diartikan darah (ini cuman misal aja, gua juga nggak ngerti seni soalnya :D). Sedangkan si orang awam bakal mengernyitkan dahinya ketika liat nih lukisan dan nggak ngerti kenapa si pengagum di sebelahnya bisa terharu atau terbawa emosinya ketika ngeliat lukisan tersebut.
   Bayangkan aja, dengan keadaan pikiran yg jauh berbeda, gimana mungkin 2 orang ini akan mencapai kesepakatan yg sama? Penjelasan lisan aja kayaknya nggak akan cukup untuk menjelaskan perspektif masing-masing. Persepsi aja nggak mungkin bisa menyelesaikan konflik antara perbedaan pendapat keduanya. Jadi jangan heran kalo di TV banyak berita orang bentrok karena berselisih perspektif. Tapi sebenernya hal itu bisa dihindari kalo salah satunya mengalah dan tidak menunjukkan egonya terhadap yg lain.
   Biar aja lah kita berbeda paham. Toh semboyan negara kita 'Bhinneka Tunggal Ika'. Nggak seru lah hidup kita ini kalo pikiran kita semuanya sama. We're gonna be like a bunch of f*ckin Robots. Bahasa kerennya, hargailah perbedaan. Kembali ke cerita si pengagum seni dan si orang awam tadi. Terserah lah mereka berdua mau menganggap lukisan itu sebagai sesuatu yg berharga atau a bunch of crap. Yang jelas, mereka nggak perlu berdebat panjang atau bahkan sampe tengkar di tengah-tengah pameran seni. Percuma kalo menurut gua. Di setiap pembelaan yg diberikan, akan selalu ada counter attack nya. Dan terus aja gitu sampe Linkin Park ngeluarin album campursari.
   Kalo menurut gua sih, mereka berdua nggak usah maksain pendapatnya. Cukuplah si pengagum seni ini menjelaskan garis besarnya aja tanpa harus ditambahi dengan ceramah panjang tentang teori seni dan cara memahami lukisan. Sedangkan buat si orang awamnya juga nggak usah ngeyel dengan mengatakan bahwa lukisan itu non-sense. Toh dia nggak ngerti-ngerti amat tentang kek gituan, dan kebetulan aja diundang di pameran itu.


   Gua memberikan jalan tengah seperti itu bukan karena gua nggak suka dengan konflik atau perbedaan pendapat. Gua malah biasanya jadi provokator konflik dan gua sangat menyukai perbedaan (as long as nggak kampret-kampret amat lah bedanya). Justru dengan adanya konflik dan perbedaan, kita bisa tahu kapan kita salah dan benar. Coba aja kalo orang disekitar lu iya-iya aja sama pendapat loe, kan ntar lu bakal merasa paling bener dan malah akan membenarkan hal-hal yang seharusnya dikategorikan tidak benar.
   Tapi, bukan berarti konflik selalu menjadi pilihan utama loe semua dalam menyelesaikan masalah. Masih ada alternatif lain yg disebut musyawarah yang gua jamin nggak bakal bikin leher lu sakit gara-gara banyak teriak. Jadi kesimpulannya, perspektif adalah sesuatu yg abstrak yg hanya loe sendiri yang tahu detailnya. Setiap orang memiliki perspektif mereka sendiri, dan itu bukan sesuatu yang akan mudah untuk dijelaskan. Ngejelasin perspektif lu ke orang lain sama aja kayak lu berusaha menjawab pertanyaan 'kenapa lu suka sama dia?', padahal terkadang kita mencintai seseorang dengan tanpa alasan.
   Kayaknya sekian dulu postingan kali ini. Semoga bermanfaat, Guys. Gua mo tidur nih. Besok ada UTS. Doain baik-baik aja ya, soalnya, bukannya belajar, gua sama Omes malah maen catur sambil ngopi. But at least, ngopi gua memberikan gua sesuatu yg baru mengenai betapa uniknya perspektif orang lain tentang suatu hal. See you di post selanjutnya ya! Bye!

Tuesday, March 22, 2016

Mantengin Project X

   Hai, Readers! Apa kabar? Lumayan lama juga nih gua nggak nulis. Tapi ini bukan berarti kemalasan gua kambuh kek biasanya, Guys. Tenang aja. Gua lagi banyak trouble nih yang menyebabkan tingkat produktivitas tulisan gua menurun drastis. Jadi, si pacar gua rusak, entah itu karena ada masalah sama hdd nya ato apalah, yang jelas si doi nggak bisa start up sehingga otomatis, gua juga nggak bisa nulis make doi lagi. Nggak tau deh kapan mau gua benerin. Uang kamar juga lagi nunggak sekitaran 4 bulan, Guys, jadi ketika gua seharusnya udah dari kemaren-kemaren bawa si pacar gua ini ke tukang servis jadi nunda-nunda terus soalnya gua takut ganti hdd yang biayanya bisa sekitaran 500rb ato lebih. Selain itu, gua juga baru sembuh dari sakit. Gua kena sore throat selama semingguan ini, sehingga nafsu makan gua juga  nggak bener, dan badan gua lemes juga akhirnya sampe kerjaan di rumah cuma tiduran.
   Buat Readers yang udah merindukan tulisan gua, nih, gua hadir lagi menulis dengan laptop pinjaman dari anak kamar sebelah yang baik hati banget. Kali ini yang mau gua bahas nggak berat kok, cuman review film aja. Soalnya selama seminggu diem di rumah menikmati sakit yang mendera, meskipun nggak sesakit waktu dia ninggalin gua, kerjaan gua cuma tiduran dan nonton TV.





  
   Project X adalah film beruntung yang bakal gua review kali ini. Kalo gua boleh bilang, film ini  mungkin adalah film paling kampret yang pernah gua tonton selain 21 dan 22 Jump Street. Film ini, entah gimana caranya, bikin gua mangap dan nggak habis pikir dengan jalan ceritanya. Gimana ceritanya gitu, pesta ulang tahun sweet seventeen seekor anak remaja cupu bisa jadi pesta paling greget yang pernah gua tau? Bahkan SWAT sampe turun tangan buat beresin kekacauan yang terjadi.


      Loe perhatiin deh cowok yang make rompi di atas. Doi adalah mastermind dari semua kekacauan yang terjadi. Berawal dari ide gilanya doi buat menjadikan pesta sweet seventeen nya si Thomas Kub (tengah), temen doi yang bukan Mr. Popular di sekolahnya, menjadi pesta yang nggak bakal bisa doi lupakan dalam hidupnya. dan itu semua emang terwujud pada akhirnya, Guys. But in an insane way. Doi dengan kampretnya ngundang DJ, nyebarin kabar pestanya ke radio lokal, beli berbagai macam minuman keras dan drugs, dan berbagai persiapan pesta yang greget lainnya. Padahal bokapnya si Thomas itu udah mewanti-wanti doi buat ngundang nggak lebih dari 20 orang.





   Pada akhirnya yang dateng bahkan lebih dari 200. Soalnya tiap orang yang mereka undang bawa temennya, temennya bawa temen lain lagi, dan gitu aja terus sampe Linkin Park ngeluarin album dangdut. Si orang tuanya Thomas ini untungnya lagi keluar sampe Minggu, Sehingga Thomas dan temen-temennnya bebas selama weekend mau ngapain aja. Tapi, kebebasan itu nggak lantas bikin Thomas seenaknya. Doi masih berusaha buat nggak keluar batas di pestanya, soalnya kan doi cupu banget, dan juga takut tetangga pada komplain. Tapi, ya, namanya juga tamu sebanyak itu, meskipun udah berusaha buat nggak rusuh, tetep aja pada akhirnya kacau balau. Rumah yang tadinya kekunci rapat biar nggak dibikin berantakan sama para tamu pun akhirnya jebol juga. Tamu-tamunya Thomas, yang bahkan sebagian besar nggak doi kenal, bahkan masukin seekor orang cebol ke dalem oven di dapur.


      Ini dia wujud manusia cebol yang baru dikeluarin dari oven. Saking keselnya, bahkan si orang cebol ini masukin mobil kesayangan bokapnya Thomas ke kolam renang! Gile emang. Padahal sebelom berangkat ke luar kota, si bokap ini udah berkali-kali bilang ke Thomas buat nggak usah nyentuh-nyentuh mobil si bokap.



   Kasian banget sih endingnya guys, soalnya si Thomas ini jadi terkena 6 tuduhan berbeda akibat pestanya keluar batas, bahkan sampe membakar rumah-rumah di sekitarnya. Emang bukan salah si Thomas sih. Ini murni kesalahannya si Costa (cowok yang make rompi di atas) yang dengan kampretnya nyolong hiasan kurcaci berisi sabu-sabu dari rumah seorang bandar narkoba kenalannya waktu mereka beli drugs buat suguhan pesta. Karena si bandar ini marah besar, doi sampe bawa-bawa flame thrower ke pestanya Thomas, dan ngebakar habis rumah Thomas dan tetangga-tetangganya.





   Polisi sebenernya udah 2 kali dateng. Cuman, yang kedua kalinya, mereka dilemparin pake botol-botol sama tamu-tamunya Thomas sampe akhirnya si Flamethrower Guy ini muncul dan SWAT pun turun tangan. Sumpah, kayaknya nggak bakal abis-abis deh kalo gua jelasin panjang lebar di sini. Soalnya ceritanya sumpah greget banget. Mending Readers semua download sendiri aja filmnya di 4shared ato di manapun yang elu suka dan liat baek-baek betapa kampretnya film ini.
   Saran gua, setelah nonton film ini, jangan sekali-kali lu berani mempraktekannya di rumah, soalnya gua tau banget kayak apa emak-emak di Indonesia itu. Mungkin sekian dulu ya postingan kali ini. Soalnya ini aja kayaknya udah panjang banget. See you on the next post!

Friday, March 4, 2016

Final Bola Voli Porseni Polije

   Hai, Readers! Apa kabar? Kalo ada Readers yang dari Polije, apa kalian tadi malem sempet dateng ke GOR Perjuangan 45? Soalnya tadi malem itu sumpah, rasanya tuh GOR jadi rame banget, dan pastinya ada banyak bendera dari berbagai jurusan. Kenapa bisa gitu? Soalnya di situ tadi malem lagi ada pertandingan final bola voli putra-putri. Kalo loe pengen tau gimana pertandingannya, gua mungkin cuma bisa jawab dengan satu kata: awesome!


   Ini adalah pertandingan final pertama tadi malem, bola voli putri dari tim Jurusan Kesehatan VS Jurusan Produksi Pertanian. Pertandingannya lumayan lah, cuma, entah kenapa Jurusan Kesehatan kurang begitu greget tadi malem. Banyak banget pemain utama yang loyo sehingga banyak terjadi error di lapangan. Sedangkan Jurusan Produksi Pertanian tampil trengginas dengan banyak melakukan smash tajam, padahal mereka cewek. Koordinasinya juga bagus, sehingga smash dari pemain andalan Jurusan Kesehatan, Dhea, yang biasanya nggak terbendung jadi banyak di blok dan menghilangkan kesan mematikan dari smash tersebut. Hasilnya jelas, Jurusan Produksi Pertanian menang telak 3 set. Foto di atas adalah foto dari juara kedua kita, Jurusan Kesehatan, soalnya gua belom dapet foto yang dari Jurusan Produksi Pertanian.
   Beralih ke voli putra, secara greget Jurusan Teknik kalah dari Jurusan Teknologi Pertanian dengan skor 1-3 (4 set). Sebenernya nggak mengherankan sih kalo mereka kalah, soalnya dibandingkan tim lawan, Jurusan Teknik kurang bisa menghandle smash dari Jurusan Teknologi Pertanian. Kedua tim punya smasher yang sama-sama handal, namun seperti yang gua bilang barusan, Jurusan Teknik belom bisa sepenuhnya menghandle smash yg datang. Permainan kedua tim begitu greget, soalnya didukung suporter yang super juga daru jurusan masing-masing. Gua sendiri dateng buat mendukung Jurusan Teknik tadi malem. :D


   Yang menjadi pusat perhatian penonton tadi malem mungkin smasher dari kedua tim. Soalnya mereka emang pada dasarnya pemain inti Tim Bola Voli Putra Polije, sehngga smashnya bener-bener bukan sesuatu yang harus sering-sering diterima oleh tangan manusia. Soalnya keras dan tajem banget, Guys. Dan adu smash itu bener-bener bikin panas suasana.


   Nomer 17 ini adalah smasher favorit gua dari Jurusan Teknik. Namanya Jhoni Perkasa. Dan emang sesuai banget sama namanya, smash-nya bener-bener perkasa, dan sayangnya, di last minute, dia melakukan smash terlalu keras padahal udah hampir game point. Sangat disayangkan sih, cuman ya, yaudahlah. Mungkin main 4 set lebih baik daripada harus maksain 5 set padahal besoknya masih kuliah. Untuk smasher yang dari Jurusan Teknologi Pertanian, gua minta maaf banget nggak bisa nampilin soalnya gua kekurangan info dan foto juga. Tapi yang gua tau doi bernomor punggung 10.


   Diatas adalah perolehan medali sementara yang gua download dari akun instagram Jurusan Teknik. Gua sendiri kurang tahu ini udah termasuk hasil yang tadi malem ato belom, soalnya akun Instagram BEM Polije sendiri nggak tiap hari update, dan yang diupdate tadi pagi pun mengenai Closing Ceremony untuk nanti malem.


   Yuk, yang nanti malem nggak ada acara, silahkan merapat ke Polije. Lumayan lah buat hiburan di Friday Night kalian daripada ngendon terus di rumah. Gua sendiri kalo nggak ada acara ntar malem mungkin bakal liat juga soalnya ada temen gua yang mau tampil di situ, si magician Fajar Woldstenholme yang namanya di bawah sendiri itu.
   Yaudah kalo gitu, mungkin cukup sekian postingan kali ini. See you di postingan selanjutnya!

Tuesday, March 1, 2016

Thunder Buddies

   Hai, Readers! Jumpa lagi nih sama gua. Apa kabar? Masih jomblo aja kayak gua? Ato mungkin udah ada yang menemukan jodohnya pas lagi sama-sama berteduh di depan Alfamart? Hmm, ngomongin Alfamart gua jadi keinget sama kresek yang sekarang bayar. Nggak banyak sih emang. Cuman, nggak enak aja rasanya tiap kali beli ditanyain "Mau pake kantung plastik?" dan waktu itu gua lagi beli air mineral 2 botol gede dengan kondisi ransel gua penuh buku-buku. Nggak usah nanyapun mbak-mbaknya pasti udah tau kalo gua butuh kantung kresek buat bawa itu semua. Gua nggak bisa bayangin apa jadinya kalo yang beli itu ABG yang lagi PMS dan buru-buru.
   Okelah, sekian aja kayaknya ngegosispin Alfamart nya. Karena sekarang gua nggak pengen ngobrolin kresek Alfamart. Di postingan kali ini, gua bakal bercerita tentang kelakuan The Three Mocketeers yang freak di kala hujan. Kalo ada yang belom tahu, The Three Mocketeers ini terdiri dari gua, Omes, dan Tai-Chi Master.
   Jadi, kemaren itu, pas praktikum matkul Kesekretarisan, gua dan anak-anak disuruh keluar sebentar karena dosennya mau ngecek hasil kerjaan kita. Nah, pas kita di luar, hujan turun dengan deres banget bagaikan ludah guru killer + PMS kalo lagi marah-marah.


   Di setiap hujan selalu disertai dengan petir (cia elah, gitu amat bahasa gua). Gua dan kedua anggota geblek itupun mulai membinal di luar kelas ketika petir menyambar. Padahal anak normal lainnya pasti bakal menghindar ketika kilat dateng. Kami bertiga, yang pada dasarnya udah nggak begitu waras ini, tetep aja guyon sampe ngakak, dan hanya Tuhan dan kami bertiga yang tau apa yang kita tertawakan. Kitapun tetep ngelakuin rutinitas favorit kita: nge-bully orang. Dan kemaren, sekitar setengah lusin anak di kelas B kita bully waktu ujan deres itu. Kampret banget emang. Tapi, yaudahlah. Jomblo with too much free time is really dangerous.
   Di sela guyonan itu, kadang-kadang kilat dateng kayak blitz kamera HP para tukang selfie. Dan beberapa detik setelah itu, menggelegarlah guntur yang suaranya kayak bedug masjid jatoh itu. Di saat itulah kita bertiga mulai beraksi sok keren. Kita menggunakan prediksi ala dukun kita buat menebak kapan petirnya bakal bersuara, dan kita menyesuaikan pose kita dengan suara petir.
   Si Omes 2 kali bener nebak suaranya. Yang pertama, dia berpose menjentikkan jari, dan yang kedua posenya nembak. Gua sendiri bener 2 kali, dan dua-duanya dalam pose menembak. Muehehe. Feels like orang keren-sta :D


   Dan karena kekerenan yang sumpah nggak penting banget buat di publish itulah gua menyebut momen kemaren sebagai Thunder Buddies. Mungkin sebagian dari kalian bakal mengira bahwa gua meniru sebutan yang ada di film Ted. Tapi beneran deh, gua baru nyadar frase itu ada di Ted setelah gua search di Google. Dan bagi kalian yang belom nonton Ted, hmm, recommended dah pokoknya. Harus liat, Readers! Wajib. Soalnya film itu sumpah kampret banget. Mungkin next post lah ya gua review. Yaudah kalo gitu, gua akhiri post nya sampe disini. Gua mau pulang. Udah mau ujan nih. Bye! See you!

Wednesday, February 24, 2016

Porseni Polije 2016

   Hai, Readers! Apa kabar nih? Apakah loe semua lagi pada kena flu? Soalnya beberapa minggu terakhir ini ujan emang terpantau deres lancar tiap sore. Sehingga gua sering kedinginan dan kadang keujanan begitu pulang dari kampus sore-sore. Selain bikin sakit, ujan juga berpotensi meningkatkan intensitas alay dan galau harian. Gimana nggak mau gua bilang alay kalo tiap ujan, di Instagram banyak banget orang upload foto dengan caption yang ah sudahlah.


Menenangkan jiwa pala lu peyang? Padahal, in real life, kalo ujan udah turun itu yang kepikiran pertama kalo nggak jemuran ya helm di parkiran luar. Soalnya gua mesti kayak gitu. Tapi tenang aja, nggak semua orang pas ujan upload foto-foto alay dengan caption yang menggelikan kok. Ada juga beberapa manusia yang captionnya ngena banget buat jomblo kayak gua ini.



Nggak salah sih yang bilang kalo ujan itu adalah cuaca yang rentan kenangan. Soalnya begitu hujan turun, loe kan biasanya nggak bisa kemana-mana tuh. Terpaksa deh lu diem aja di kamar yang mana biasanya pikiran kita tiba-tiba aja dengan kampretnya flashback ke masa-masa indah dengan dirinya. Eaaa... Eh kok jadi ngomongin ujan sih?
   Oke Guys, di postingan kali ini gua bakal sedikit ngebacot tentang PORSENI Internal di kampus gua yang sekarang sedang berlangsung. Cabor dan seni yang diperlombakan nggak terlalu banyak sih. Di cabang seni ada seni membaca puisi dan seni vokal. Sedangkan untuk olahraga ada basket, futsal, bola voli, sepak bola mini, bulu tangkis, tenis meja, catur, dan lainnya yang gua lupa.


   Gua sendiri seperti biasa, turun di cabor Futsal, dan dengan posisi favorit gua, Goal Keeper. :D Sebenernya gua nggak terdaftar sih, Guys. Soalnya pas ESCOM Cup 2015, yang sekalian jadi ajang seleksi buat PORSENI Internal ini, tim gua kalah 2 kali berturut-turut. Jadi cuman beberapa aja dari tim gua yang diambil buat ikut di Tim Futsal PORSENI. Buat kiper sendiri kan sebenernya di PORSENI ini, jurusan gua ngambil dari Semester 6. Nah, berhubung waktu itu terjadi miskomunikasi yang menyebabkan pemain-pemain dari semester 6 nggak bisa hadir, di BBM lah gua oleh si kapten tepat 4 jam sebelom tanding. Gua sendiri yang jam segitu masih berkeliaran kayak ayam kabur gara-gara mau disebelih itu pun lumayan shock. Tapi karena cinta gua yang begitu mendalam terhadap futsal (meskipun dalam sejarah gua jadi kiper nggak pernah cleansheet -_-) dan juga biar gua bisa sedikit pamer ke ortu bahwa anak kampret nan tambun ini terkadang masih dibutuhin buat jadi kiper dalam keadaan super terdesak di mana dalam keadaan tersebut, nggak ada manusia waras lain yang bisa dijadikan kiper selain gua :D
   Hasilnya, udah bisa ketebak lah, pastinya kalah :D kita harus bertekuk lutut (ciaelah) melawan tim dari jurusan Teknik dengan skor 1-2. Secara gitu, waktu yang lain pemanasan, kita malah diajakin foto sambil sekalian nyobain Go Pro barunya si Arap (bukan Reza Oktovian lho ya). Yaudahlah ya, mungkin we really deserved it mengingat jam terbang gua yang nggak setinggi pemain lainnya. Dan gua juga harus merelakan beberapa bagian tubuh gua dan anak-anak lecet-lecet karena kondisi lapangan yang greget karena abis ujan. Gua nggak tahu apa yang dirasakan oleh pemain lain perihal kekalahan ini. Yang jelas, gua sendiri agak sedih lah soalnya ini bukan yang pertama kalinya gua gagal membawa tim gua menang. I'm not a proper goalkeeper, however. Tapi, meskipun begitu, ada sedikit seneng yang terselip. Gua seneng, karena gua memakai jersey nomor 1 dengan nama Jurusan gua yang tercetak di bagian punggung, which means, nggak semua posisi bisa make nomor punggung itu. Goalkeeper only :D

gambar cuma ilustrasi

   Di cabor lainnya pun jurusan gua nggak mendapat poin sama sekali karena selain kekurangan pemain, jam terbang tiap pemain yang ada pun nggak setinggi jurusan lain. Berbagai macam aspek seperti kurangnya koordinasi, tingkat kelelahan yang tinggi, dan lain-lain juga membuat jurusan gua kurang menggigit di babak kualifikasi ini. Mungkin, kita harus menunggu 2 tahun lagi di PORSENI selanjutnya untuk kembali mencoba. Tapi angkatan gua nggak punya 2 tahun itu. 2017 kita udah lulus, so, it's gonna be junior time!
   Mungkin cukup sekian buat postingan kali ini. Bagi yang pengen liat pertandingan-pertandingan lainnya, bisa dateng langsung ke kampus gua. Gratis kok. Lumayan lah buat tontonan di waktu senggang. Daripada ngabisin sabun, mending dateng aja liat. Siapa tau ada temen Readers yang ikutan main. Yaudah kalo gitu, sampai jumpa di postingan selanjutnya. See you!

Monday, February 22, 2016

Nobar Outlast Dengan Para Betina

   Hai, Readers! Kali ini gua kembali dengan mode Bahasa Indonesia. Kenapa kemudian gua memilih kembali ke mode default? Soalnya setelah gua liat statistik, ternyata viewer yang paling banyak adalah dari Indonesia, Guys. Bukannya gua mau bilang kalo orang Indonesia itu bego dalam Bahasa Inggris, cuman setelah gua pikir-pikir, nggak enak aja kan loe baca postingan gua sambil buka kamus. Dan gua juga nggak kebayang gitu gua udah posting English Joke yang paling bisa bikin perut terkocok hebat, tapi loe nya baru ketawa dua menit kemudian setelah buka kamus dan browsing di Google. That's extremely garing, cak.
   Di postingan kali ini, gua bakal mereview tentang jeritan-jeritan gua dan teman gua semalem pas kita liat game horor paling kampret yang pernah gua tonton, Outlast, yang juga merupakan rekom dari gamer pedofil Fantastic Four, Abdul Kadir alias Omes.



   Tuh kan, liat posternya aja udah creepy kayak gitu, dan loe bayangin aja gua nonton bertiga sama 2 temen cewek gua dan kita nontonnya diatas jam 10 malem. Dijamin serem, Anying! Bener-bener bukan sesuatu yang gua rekomendasikan buat penderita lemah jantung, lemah iman, lemah lembut, dan lemah syahwat :D
   Awalnya gua sama 2 betina ini cuman liat videonya si Reza ‘Arap’ Oktovian waktu doi main Limbo yang endingnya sumpah mind blowing banget kayak judul videonya. Soalnya bener-bener aneh gitu, si cowok karakter utama ini udah susah payah ngelewatin rintangan di sebuah dunia bernama Limbo buat nyari adeknya eh ternyata mereka sama-sama mati, dan dunia bernama Limbo itu ternyata kayak semacam neraka gitu, Guys (ini hasil interpretasi seperempat ngawur karena di videonya, si Arap baca review yang berbahasa Inggris). Eh kok jadi bahas Limbo ya? Anying ah, lanjut ke Outlast yuk.



   Jadi, di game Outlast ini, loe berperan sebagai seorang wartawan yang menyelidiki Mount Massive Asylum, sebuah rumah sakit jiwa, yang lebih keliatan kayak rumah hantu di kartun-kartun menurut gua ketimbang rumah sakit. Di Asylum ini, katanya, banyak terjadi hal-hal yang nggak seharusnya ada di sebuah rumah sakit. Ceritanya di Asylum ini sering pasiennya dibuat eksperimen gitu sama dokter-dokternya. Gua sih nggak detail juga tau ceritanya guys, soalnya gua belom ngobrak-abrik si Embah buat nyari info. Ente cari sendiri deh entar preview sama reviewnya. Pokoknya disini yang jadi bekal loe adalah handycam dan batere yang suatu saat bisa abis. Tapi tenang aja, di dalem nanti ada beberapa tempat yang di situ loe bisa menemukan batere buat kamera loe.



   Tugas loe disini adalah menemukan catatan dari wartawan sebelumnya yang pernah ke Asylum buat penyelidikan dan kayaknya sih mati disana. Emang tugasnya kedengeran simpel sih, yang bikin nyawa sampe hampir lepas dari badan itu perjalanannya, Guys. Banyak banget darah dan potongan-potongan tubuh manusia yang bertebaran disemua tempat. Di pantry, di toilet, di koridor, dan ruangan-ruangan lainnya. Kalo cuman kayak gitu sih gua nggak mungkin jerit histeris. Paling ngerasa agak jijik doank.
   Yang bikin gua jerit histeris kayak emak-emak naik motor keserempet ABG PMS adalah ketika orang-orang yang bahkan phisically udah nggak mirip manusia itu muncul secara tiba-tiba di dekat loe dan tiba-tiba nyekek leher loe. Kan kampret banget gitu. Mana bawaannya cuman kamera doank. Gua jadi merasa si wartawan ini kayak semacam manusia alay yang kemana-mana bawa kamera buat sefie gitu :D (freaky fantasy yeah).



   Nah, ini dia pintu pertama yang bakal bikin loe menjerit pertama kalinya sejak loe masuk ke Asylum. Isinya sih cuman orang mati digantung kebalik gitu. Tapi tetep aja gua jerit Anying. Soalnya kaget banget sumpah. Dari tadi awal perjalanan kan cuman denger suara-suara aja gitu, nah pas disini malah ketemu kek gituan. Kan tai banget. Temen-temen gua udah pada mau mimpi indah pas gua teriak “K**T*L!! B*JING*N!!” dan segera setelah itu temen-temen nyamperin gua dan berakhir dengan misuh-misuh karena ternyata gua cuman liat walktrough.



   Ngeri liat orang-orang kek gini, Guys. Ini adalah screenshot dari salah satu ruangan di Asylum. Dan ajaibnya orang ini, yang dalam keadaan kayak barusan kabur dari siksa kubur itu, dia bisa ngomong! Ya meskipun kedengerannya 80% geraman dan sisanya gua nggak tau.




   Ini juga creepy abis. Dia bisa aja ngejar loe, Guys. Dan bahkan tau dimana loe sembunyi. Nggak asyik banget gitu loe udah susah-susah sembunyi di loker dan tetp aja ada makhluk freak gedor-gedor sambil nempelin muka jeleknya ke celah-celah yang ada di pintu loker.
   Cara buat keluar dari Asylum ini adalah dengan membuka exit door yang cara bukanya cuman bisa diakses di Security Room. Dan perjalanan loe nggak segampang itu, Guys. Pas loe udah dapet keycard buat masuk ke Security Room dan udah siap-siap mau buka Exit Door nya, ada seorang freak yang dengan wajah tanpa dosanya dia matiin generator listriknya. Jadinya ya mau nggak mau loe harus nyalain di ruang generator sana.  Dan nantinya terus aja gitu. Tiap loe hampir menyelesaikan satu masalah, selalu ada masalah lain yang dateng.
   Kalo ada dari Readers sekalian yang nanya ending dari game ini kek gimana, gua nggak tau, Guys. Soalnya gua belom nyari info ataupun mainin gamenya. Gua ini cuman nonton orang yang lagi main aja. Sorry kalo nggak sesuai ekspektasi. Soalnya genre game yang bisa gua mainkan dengan baik cuman Sepak Bola :D
   Eh, tapi nggak papa lah meskipun gua sotoy kali ini. Ini bertujuan ngasi tau loe semua, jangan pernah sekali-sekali nonton ginian kalo nggak kuat syahwat, eh maksudnya nggak kuat mental. Soalnya ntar gua khawatir loe jadi terbayang-bayang sama manusia-manusia aneh di situ dan menginspirasi loe buat nguliti mantan loe kayak gitu :D kok jadi psycho banget ya? Bukan, maksud gua, kalo mau nonton ginian mending bareng-bareng aja. Siapa tau pas kalian jerit ada talent seeker nya JKT48 lewat dan kalian bisa lolos audisi tim T dengan gemilang. Secara gitu, sekelompok betina teriak-teriak histeris kayak kelompok paduan suara keserempet odong-odong.

   Yaudah deh, segini dulu aja. Kapan-kapan gua bakal mereview game lainnya yang nggak kalah seru dan menegangkan kayak si kampret Outlast ini. Limbo ato Fatal Frame asik juga kayaknya. Tunggu next post aja deh ya. Oke kalo gitu, ane pamit, Readers. See you!

Friday, February 19, 2016

Oca On Youtube

   Hey, How are you, Readers? Well, it's been about several weeks since my last post, and now i come back again with another new post. May be this is my first post in English because usually i wrote posts back then using Indonesian Slangs. Hell yeah, seems like someone's getting better progress in learning English :D (FYI, i'm an English Department Sophomore).
   Well, in this post, i'm gonna share some links of my videos i've been uploaded several days ago on Youtube because i got one and a half month vacation after the semester test and i was extremely bored at home because i didn't have many things to do beside sleeping in different time than other normal people (seriously, i felt like a bat), eating too much, watching some old movies, and gaming with my beloved Acer D270. Gosh, that looked like i'm a disgrace for my mom. :D
   Most of my videos are Photoshop tutorials, which is the only app i can use well. But if you're so kind to take a look around in my channel, there you will find The Audio-Only Beatboxing Videos, and several crazy ones i have made. Some of the tutorials require template, but don't worry because i had written the links to download it from my Google Drive on the description. Just type Hayley Sean Williams on the search box (please don't ever think that i'm the relation of Paramore's vocalist, Hayley Williams) and you will find the same photo as i use in my Google+ account.

Here are several links of my videos i've been uploaded:
1. https://www.youtube.com/watch?v=Mz5sb_ySwpc
2. https://www.youtube.com/watch?v=iDFdv_C71sc
3. https://www.youtube.com/watch?v=FSnwhkTvJcI
4. https://www.youtube.com/watch?v=Ouv_KKgx5l0

Don't forget to share, like and subscribe! Thank you! :D

Friday, January 22, 2016

Oca Liburan Semester 3

   Hai, Readers! Apa kabar? Masih liburankah ato udah kembali bersibuk-sibuk ria? Gua lagi liburan nih, Readers. 1 bulan setengah. Yaay. Nggak ada yang patut dibanggain sih sebenernya mengingat liburan gua yang diwarnai dengan banyak perjalanan ke pulau-pulau. Pulau Kapuk maksudnya. Ya, biasalah, gua kalo liburan emang nggak terlalu hobi jalan ke mana-mana. Gua lebih suka ngendon di rumah sambil pacaran sama Acer D270 kesayangan gua ini. Jadi, di rumah, penampakan gua mirip banget kayak beras sekarung; gede, padet, dan diem di tempat, nggak pindah ke mana-mana. Si Pacar selama liburan ini alhamdulillah nggak sering ngambek, makanya gua makin sayang dan nggak mau pisah sama doi. Yaelah...
   Tapi meskipun gua hobinya ngebo di rumah, bukan berarti gua nggak keluar sama sekali. Ada 2 wilayah yang gua jajah pada liburan kali ini. Yaitu di kontarakan bokap gua di Bondowoso dan menjarah wilayah Probolinggo. Kegiatan gua di sana juga nggak banyak sih. Kan gua nggak terlalu berguna gitu. Di Bondowoso gua disuruh ngerekap laporan bokap selama tahun 2015, Dan di Probolinggo gua cuma numpang makan di rumah sodara-sodara sama temen-temen. Nggak guna banget kan? Makanya, jangan sampai Oca menjarah rumah anda.

1. Di Probolinggo
    Di Probolinggo sendiri sih agendanya ngikut bokap buat pulang kampung. Secara gitu, bokap gua kan satu-satunya anak yang tinggalnya jauh sama orang tua. Jadinya nggak bisa sering-sering juga nengok keluarga di Probolinggo. Nah, kemaren kan pas gua liburan. Jadinya si bokap ngajakin ke sana. Berhubung gua dari Bondowoso, aka jalan paling cepet buat ke Probolinggo adalah lewat Arak-Arak, yang alhamdulillah jalannya greget sekali.



   Kalo di foto sih emang keliatan biasa aja. Tapi gua sarankan kalo capek dan harus lewat Arak-Arak, mending di tunda dulu aja sampe capeknya ilang. Soalnya rawan banget nih , Readers. Kalo nggaak biasa takut bablas dari batas. Ya meskipun jatohnya bakal keliatan keren banget, yang jelas gua lebih milih nggak jatoh. Apalagi jatuh hati kepada orang yang salah. Cielah...
   Gua itu berangkat jam setengah lima sore dari Bondowoso dan nyampe sana sekitaran jam enam ato setengah tujuh, gua lupa. Tapi gua sama bokap nggak langsung ke rumah nenek. Diajak menjarah rumah temen bokap dulu soalnya. Kata bokap, nggak papa lah maen-maen dulu. Mumpung temennya itu punya kafe. Siapa tau dikasi konsumsi gratis. Kan lumayan. Dan emang beneran bagitu nyampe sana gua dapet segelas Es Cappucino. Njiir... Mantap. Pas banget gua lagi capek dikasih yang dingin-dingin. Gua pun nyengir kuda. Enak banget soalnya. Risol Mayo nya boleh juga kok pemirsa. Mungkin itu kali ya Risoles paling enak yang pernah gua makan seumur hidup gua (soalnya gratis juga).


   Abis shalat maghrib, gua sama bokap dibawa ke kafenya yang bagian outdoor. Dan suasananya enak banget. Youngster banget nuansanya. Soalnya anaknya yang ngelola. Jadi ya pas banget kalo buat gua. Yang bikin gua suka ngeliatnya tuh gara-gara ada doodle satu papan gede. Nggak kebayang gimana bikinnya. Gua bikin gambar dua gunung dengan jalan di tengah dan matahari yang menyembul dari celahnya aja bisa menghabiskan waktu sekitaran 6 bulan. Bercanda ah. Gua nggak seidiot itu kok. Tenang aja.


   Di atas itu adalah penampakan dari Rooster Cafe punya anaknya temen bokap gua. Gua nyari di Instagramnya sih. Soalnya hape gua nggak memadai buat ngambil gambar malem-malem. Dan gua malu juga mau ngambil fotonya. Takut dikira freak sama tante-tantenya. Harganya nggak bakal bikin loe pengin gantung diri kok. Harganya standar. Pokoknya ini kafe recommended banget deh. Bagi yang pengen tau lebih lengkap tentang ini kafe, silahkan kunjungi Instagramnya yang punya di @rossa_prayitno ato kunjungi Facebooknya di Ocha Poecha. Eh, kok gua jadi promo ya? Ya nggak papa deh. BTW, itu di daerah Paiton, tepatnya di Utara Perum Sukodadi Residence.
   Oh iya, gua juga kagum sama PLTU yang ada di Paiton situ, Readers. Soalnya dulu pas lewat situ kan siang, jadi nggak keliatan gimana gitu. Nah,yang kemaren kan malem nyampenya, jadi ya bagus gitu. Berasa bukan di Probolinggo.




   Entah gua yang katrok apa gimana sih. Bagus aja gitu ngeliatnya. Jadi pengen kerja di situ nih.

2. Di Bondowoso
    Di sini gua diberdayakan sebagai tukang nulis laporan. Honornya lumayan sih, 50 ribu. Tapi langsung abis begitu gua beliin makan sama bensin. Yaudahlah.




   Di atas itu adalah benda-benda yang harus gua hadapi seminggu. Dan itu laporan keuangan. Bitch yeah. Padahal hal-hal kayak gitu sebisa mungkin gua hindari. Meskipun gua nantinya pengen jadi admin sih. Yang paling bawah itu adalah gaya rambut gua waktu ngerjain laporan. Karena sangat nggak enak kalo loe ngerjain sesuatu yang sangat ah sudahlah dan poni loe yang panjangnya bisa sampe nyambung ke bulu ketek menghalangi pandangan. Jadinya ya gua kuncir kayak Samurai kurang makan gitu. Yaudahlah, anggep aja keren. Hal yang gua sukai ketika gua di Bondowoso adalah channel tv nya yang banyak. Soalnya di rumah gua yang di Bangsalsari channelnya standar. Di Bondowoso gua bisa liat Cartoon Network dengan puas. Muehehe. Salam buat penggemar Adventure Time, Powerpuff Girls, dan The Grim Adventures of Billy and Mandy.
   Mungkin sekian dulu ya postingan kali ini. See you next time, Readers!

Wednesday, January 6, 2016

Olah Raga Tenggorokan Dengan Bahasa Perancis



   Ceritanya, kemaren itu gua main-main bareng sama sahabat gua, Rohman, yang kuliah di Jurusan Sastra Perancis Univ. Negeri Semarang. Agendanya ya cuman ngobrol ngalor ngidul ngetan ngulon mulai dari habis dhuhur sampe setengah sembilan malem. Hal tersebut merupakan kebiasaaan kita kalo salah satu dari kita lagi libur. Kebetulan tuh si Rohman minggu tenangnya dapet 3 minggu. -_- sedangkan gua di Jember sini pontang panting ngadepin semesteran. Sebenernya sih pas minggu tenang kemaren gua sempet pulang ke kampung gua di Bangsalsari sana. Cuman sayang banget, gua selalu disibukkan oleh urusan emak sehingga gua nggak sempet ketemu dia buat main-main. Jadinya, kemaren dia yang nyambangin gua ke Jember soalnya tanggal 9 ato 10 itu dia udah mau balik lagi ke Semarang.
   Berhubung gua dan dia sama-sama mahasiswa, kitapun nyari tempat nongkrong yang murah. Soalnya, ya, tau sendirilah kondisi kantong anak kos kayak gimana. Kita akhirnya memutuskan buat nongkrong di Mie Ayam Jamur di Jalan Tawangmangu Jember. Sebenernya itu udah mesti jadi tongkrongan gua sama dia sih. Cuman kemaren-kemaren itu kita pengennya nyari tempat lain yang murah gitu. Tapi ternyata kita nggak bisa nemu soalnya kafe yang biasa gua datengin sama anak-anak bukanya pas malem. Sedangkan Rohman ngajakin mainnya habis dhuhur gitu. Yaudahlah ya. Ujung-ujungnya tetep ke sana.
   Sambil makan, kita ngobrol-ngobrol ringan seputar kabar, film, JAV, dan kuliah. Bahkan ketika mie kita udah abis pun, kita masih diem di situ sampe sekitar satu jam-an. Emang muka tembok nih berdua. Ya, mau gimana lagi? Jarang banget ada tempat nongkrong yang ngggak mengharuskan kita buat beli makanannya. Sempet sih tadinya gua kepikiran buat duduk-duduk di pujasera. Tapi kok kayaknya nggak enak banget ya kalo nggak beli. Sedangkan harganya nggak sesuai dengan isi dompet kita.
   Selama ngobrol, gua rasakan doi mengalami banyak perubahan. Perubahan yang mencolok tentu saja perubahan yang terjadi pada fisiknya. Badannya makin bongsor, alisnya makin tebel, bulu kakinya makin gondrong sampe keluar-keluar dari celana jeansnya, dan suaranya juga nggak begitu cempreng kayak dulu. Bahkan saking cemprengnya, pernah si Rohman disangka mbak-mbak sama kliennya waktu lagi telfon (FYI, si Rohman ini part timer di distributor obat herbal). Kita juga kemudian ngobrolin seputar kampus masing-masing. Dan, dari situ gua mengambil kesimpulan bahwa Bahasa Prancis nggak seseksi yang dibayangkan Raditya Dika.
   Gua cuman bisa melongo ketika dia sedikit ngomong make itu bahasa. Pronounciationnya sama sekali nggak terduga. Histoire jadi Histoa, Voltaire jadi Voltekh, dan Jean D'Arc jadi Zan darkhe. Demi sempak Neptunus, gua bahkan berkali-kali minta dia ngeja hurufnya ketika dia nyebutin satu kata aneh yang ternyata itu familiar buat gua. Misalnya, waktu itu kita lagi ngebahas tentang honorific kayak Sir, Mr., Mrs, dan lain sebagainya. Diapun kemudian juga nyebutin beberapa honorific yang ada dalam Bahasa Perancis. Dia lalu mengucapkan "mesyieu". Gua mengerutkan dahi. Itu Bahasa mana sih? Setelah dia ngeja hurufnya, ternyata itu Monsieur. Alaahhh....



   Ketika kita kemudian pindah bahasan soal level Bahasa Perancis, dia bilang kalo dia masih di level "Pre Elemongtekh" alias "Pre Elementaire" kalo dieja. Gua garuk-garuk kepala. Dia pun lanjut nyebutin "Angtekhmediekh" alias "Intermediaire", "Avangse" alias "Advance", dan "Bon Soakhe" alias "bonne soiree/good evening". Karena gua temen yang baik, selama dia nyebutin kata-kata greget itu, gua memberikan dia cengiran gua yang paling manis sepanjang masa karena gua shock dengan pengucapannya yang di luar dugaan itu dan juga karena gua nggak tau harus ngerespon apa. Ternyata ada yang lebih anjay daripada Bahasa Inggris sodara-sodara!
   Gue pun kemudian menanyakan tentang kayak gimana praktikumnya. Dia bilang kalo pada dasarnya apa yang diajarkan sama kayak apa yang gua dapet di kampus. Jadi ada grammar, listening, speaking, dan semacamnya. Menurut dia, grammar sama listening mungkin jadi 2 hal yang paling susah buat dia. Soalnya di listening dia musti dengerin rekaman native speaker yang tentu saja kecepatannya melebihi emak-emak bermotor di Indonesia. Sehingga, pernah gitu dalam suatu kelas listening dia udah mentok banget nggak ngerti dan akhirnya ngejawab soal yang sebenernya berarti "Kapan dia pergi ke restoran?" dia jawabnya "saya makan". Yah, emang rada freak tuh orang.
   Yaudah deh, sekian dulu tulisannya, gua mau makan dulu nih. Dari pagi tadi belom makan, Guys. Kalo ada readers yang dari Unnes, gua ucapin Good Luck deh buat ujiannya 11 Januari ntar. See you!

Tuesday, January 5, 2016

Ngomongin Comeback




   Ow yeah! Akhirnya, setelah sekian bulan vakum blogging, gua bisa kembali lagi nulis buat para readers sekalian. Nggak mau ngasih selamat nih?
Well, yeah, kalo mungkin ada lah sebagian readers yang bertanya-tanya kenapa selama sekian bulan ini gua vakum. Okay, gua jawab. Jadi ceritanya, pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang putri cantik yang hidup bahagia selamanya. TAMAT. Eh, sorry, kok nyampe kesana ya? Hehe. Maaf. Jadi gini nih, selama beberapa bulan terakhir ini gua akui otak gua lagi buntu. jadi, gua nggak bisa menghasilkan tulisan yang bisa gua pampang di blog. Selain itu, gua juga lagi berada di level sophomore alias mahasiswa tahun kedua, tepatnya di semester 3, yang notabene tugasnya makin nggak masuk akal (Gua kuliahnya di D3 BTW, jadi sibuknya...ah sudahlah) sehingga gua juga kerjaannya tiap pulang kuliah langsung tepar. Hell yeah.
   Selain karena faktor tugas yang super greget itu, ada kendala teknis lain yang menimpa. Alat menulis gua akhir-akhir ini sering blue screen sodara-sodara. Ya, si Acer D270 yang pernah menggetarkan jagat persilatan Indonesia itu kini agak lumayan sering ngambek. Well, meskipun pada dasarnya gua sesuatu yang berwarna biru (termasuk film biru), blue screen bukan termasuk salah satunya. Kasihan banget ini si pacar sering overheat juga, Guys. Jadi, nggak bisa lama-lama dan sering-sering makenya. Kadang gua harus mengistirahatkan doi dua hari penuh biar bisa agak lamaan dikit makenya. Yah, kasihan sekali emang nasib seekor jones asal Jember ini sodara-sodara. Kalo misalnya ada yang berminat ngirimin gua laptop, gua akan sangat berterima kasih banget, Guys. Kalo bisa yang ROG ato Alienware, ya. Biar sekalian mahal gitu loh.


 
   Faktor lainnya adalah alat dokumentasi gua yang sama sekali nggak bisa diandalkan. Jadi ceritanya pas ultah kemaren, si Bokap ngasi gua Blackberry 8520 gitu. Gua pastinya seneng banget lah, secara gitu, selama ini gua make hape Nexcom yang entah kenapa sekarang batrenya bermasalah sehingga nggak bisa tahan lama juga makenya. Shit. Lanjut. Nah, setelah dapet itu Blackberry, gua pun mulai berburu foto. dan sialnya, ternyata kameranya juga nggak bagus2 amat. Nyaris nggak ada bedanya dengan hape Nexcom gua. ARRRGGHH!!! Selain itu, entah kabel datanya yang greget ato apanya tuh gua nggak tau, yang jelas ketika gua colokin ke laptop, device nya nggak ke detect. -_- yaudahlah. Males juga gua mau minjem-minjem hape temen buat ngambil foto. Akhirnya gua kembali lagi ke hape Sony Ericsson W395 yang kameranya bagus tapi nggak ada kabel datanya itu. Yah, percuma deh gua cekrak-cekrek kalo nggak bisa di taruh di Lepi. (FYI, lepi gua nggak ada bluetoothnya)



   Yang terakhir adalah karena gua punya semacam skill Absolute Canceller sehingga gua terus menunda-nunda buat posting padahal bahan terkadang udah ada. Yah, emang agak susah sih ngilangin kebiasaan yang satu itu. Udah bawaannya Phlegmatis soalnya. Padahal kadang temen gua juga udah ngingetin kalo dia pengen baca postingan gua sampe-sampe tiap hari dia mantengin blog gua yang, katanya dia sih, mulai dipenuhi sarang laba-laba, bahkan ada banyak gelandangan yang tidur di beranda blog gua saking lamanya nggak dibuka. Temen sesama blogger gua, Aris Prasetyo (arislover.blogspot.co.id) bahkan sampe bolak balik ganti template dan selesai ngedit html nya sedangkan gua masih belom posting apapun. Yaudahlah ya, emang kamfret nih gua. Bahkan mau move on pun masih ditunda. Yaelaaahh...
   Well, mungkin itu dulu kali ya. Mari kita berdoa semoga gua nggak males posting lagi, dan juga semoga apa yang gua tulis bisa bermanfaat buat Readers semua. Dan kalo ada postingan yang agak nggak biasa, mohon dinikmati aja deh. Oke, see you di postingan berikutnya!