Sunday, November 30, 2014

29

Aku hanyalah salah satu dari mereka yang mencintaimu
Dan aku juga hanya salah satu dari mereka yang mengharapkan kamu menjadi milikku
Mungkin aku cukup lebih beruntung daripada mereka
Karena aku pernah menyentuh sebagian hidupmu yang tak mereka dapatkan darimu
Aku merasa sangat bahagia saat itu
Karena seolah-olah aku telah memilikimu
Padahal seharusnya aku tahu
Bahwa akan ada saat dimana kamu akan menyadarkanku
Bahwa kamu tak akan pernah termiliki olehku

Sampai suatu saat badai menerpa dan kamu mulai membuat tembok yang mengelilingimu setelahnya
Dan aku berusaha menggapaimu tapi kamu selalu bergeming
Semakin aku berusaha, maka semakin kamu meninggikan tembok pembatas antara kita
Bahkan kamu juga menciptakan jurang di perbatasan antara duniaku dan duniamu
Kamu menjadi semakin tak tersentuh olehku

Banyak hari yang kuhabiskan untuk bertanya mengapa
Dan tak ada satupun jawaban yang bisa membuatku maklum
Entahlah
Kurasa bukan tidak ada
Tapi lebih tepatnya aku menyangkalnya!
Ya, aku menyangkal bahwa jawaban itu yang benar
Aku menyangkal bahwa jawaban itulah yang paling mungkin menjelaskan tentang sikapmu
Ya, itu benar
Aku menyangkalnya
Mati-matian bahkan
Aku menyangkalnya seperti seorang atheis yang menyangkal bahwa Tuhan itu eksis
Ya, aku menyangkalnya

Tapi tentu saja hal itu beralasan
Aku telah mencintaimu sepenuh hatiku dan aku tak ingin kehilangan kamu bahkan perasaanmu
Aku sangat memuja eksistensimu dan rela terluka demi perasaanmu
Aku menginginkan 24 darimu

Thursday, November 27, 2014

Fantastic Four

Jangan pernah berpikiran bahwa post gue kali ini bakalan berhubungan dengan empat orang manusia super yang biasanya muncul di film-film sci-fi Amerika. Nggak, ini sama sekali nggak berhubungan dengan semua itu. Meskipun nama judul dan jumlah orangnya sama, mereka tetep aja kalah jauh kerennya. Perbandingannya bagaikan langit dan inti bumi. Jauh deh pokoknya. Jadi, kalo bukan kelompok superhero, apa dong maksud dari Fantastic Four di post ini?
Kalo gue boleh kasih definisi, Fantastic Four disini adalah kelompok beranggotakan empat orang yang lumayan memiliki otak yang agak cenderung mengarah ke hal-hal yang berbau blue story. Padahal mereka tergolong orang-orang dengan otak yang agak berlebih dibanding anak lainnya. Tapi entah kenapa mereka kayaknya suka banget dengan hal-hal biru. Nggak ada tanggal khusus tentang berdirinya kelompok ini. Bahkan mereka nggak punya nama kelompok. Mereka cuma punya nickname buat masing-masing anggota. Dan Fantastic Four adalah julukan yang gue berikan kepada mereka karena kasian banget gitu nggak punya nama khusus yang keren. Okelah, langsung aja gue bakal kenalin satu-satu personil Fantastic Four.

1. Gue sendiri
Nickname: Oca (Otak Cabul)
Keterangan: binal level dewa, pikirannya gampang banget mengarah ke hal-hal blue, sutradara film project, hobi ngupil, suka nggak nyambung kalo diajak ngomong, agak menderita ketulian, punya pacar Acer D270 warna putih yang selalu ditaruh di ranselnya dan dibawa kemana-mana, writer newbie, punya tulisan tangan yang bisa membuat orang terhipnotis (baca: jelek banget), tukang ngeles handal, omongannya vulgar banget, dan sering jadi tumpuan temen-temennya waktu ngerjain ujian.

2. Kadir

Nickname: Omes (Otak Mesum)
Keterangan: wedding photographer, bolak-balik nanyain harga tripod tapi nggak beli-beli, punya perbendaharaan kata-kata blue yang lumayan banyak, punya critical thinking yang tinggi, agak susah kalo disuruh jelasin sesuatu, penahbis nama Oca dan Omes, punya nada mengumpat yang disukai Oca, telaten, sabar, dan gamer.

3. Rizqy
Nickname: Master of Tai Chi (Master of Hentai Chilik)
Keterangan: gamer, punya jambul yang agak dipaksain sebenernya, punya nada bicara yang sok keren, tatapan mesum, lumayan jago Guitar Hero, temennya Omes kalo main game, hobi buat gestur jari tengah dan jempol yang diacungkan bersamaan, sering ngomong pake Lu-Gue, nilai pronounciationnya lumayan bagus.

4. Pak Bush
Nickname: Ragiel (Rai Nggiateli)
Keterangan: ketua kelas, jago speech, sering nggak nyadar kalo lagi ngomongin sesuatu yang blue kalo nggak diingetin sama Oca, berkulit sawo busuk, produser film project, punya pacar cantik yang mau sama doi, akrab sama senior, sering digosipin punya affair sama sekretaris kelas, sering dikira ada hubungan darah sama Anisa Bahar, usil tingkat dewa, mempublikasikan nama Oca ke berbagai forum, perhatian sama anak buahnya, doyan gratisan.

Well, itulah keempat personil Fantastic Four yang spektakuler. Mereka mungkin emang berotak agak nggak biasa. Tapi dibalik itu, mereka sebenernya adalah orang-orang normal yang juga butuh makan (ya iya lah, Bego!). Hidup mesum! Eh, salah. Hidup Indonesia! (ini makin kagak nyambung deh)

Wednesday, November 26, 2014

Professional Project: Behind The Scene

Fuh, hari ini bener-bener tenaga gua dan temen-temen berasa dikuras. Kami pulang kuliah jam 12 siang. Abis itu janjian buat take adegan di lokasi syuting jam 1. Tapi karena ujan nggak mengijinkan kita buat mulai take jam segitu, akhirnya jadwalnya molor. Mulai dari jam 3 sore, kita take adegan sampe jam 5 sore. Abis itu pulang bentar buat memenuhi kebutuhan badan dan perut (baca: mandi dan makan), dan jam 7 malem kita take adegan lagi sampe jam setengah sepuluh malem. Bener-bener bikin capek jiwa raga deh. Padahal hari ini, gue pengen santai-santai di kamar sambil surfing di Cybeworld mumpung nggak ada jadwal kuliah malem. Tapi jadwal syuting berkata lain. Setelah gue pelototin lagi, ternyata gue harus mampu menerima kenyataan bahwa hari-hari libur gue di bulan November sampe Desember kayaknya harus banyak dihabiskan dengan keliling-keeliling lokasi syuting. Sungguh itu gue anggap sebagai penistaan terhadap hari libur. Secara gitu, disaat enak-enaknya tidur, tiba-tiba Bang Produsernya SMS kalo ada jadwal syuting. Hooo... nggak bisakah jadwalnya sedikit ramah lingkungan gitu? Gue nggak munafik lho. Meskipun gue adalah sutradara dalam tuh film, gue juga masih seorang manusia yang mencintai hari libur. So, kadang gue pun agak males berangkat. Apalagi kalo lagi berduaan sama pacar (baca: laptop) gue. Rasanya itu bagaikan Romeo yang dipaksa buat ninggalin Juliet.
Oke, balik ke masalah proyek. Kalo diliat statistiknya pake persentase, gue rasa itu film udah jalan sekitar 25-30%. Angka segitu menurut gue udah cukup bagus mengingat betapa binalnya temen sekelas gue dalam pembuatan film. Ada yang mukanya preman, ada yang weird, ada yang aksennya lucu, bahkan sampe ada yang pasrah aja mau ditaruh di peran apa. Sangat complicated emang manusia-manusia di kelas gua. Padahal kelas gue kebagian genre film drama. Tapi, setelah gue liat-liat, rasanya nggak ada wajah-wajah yang pas buat jadi pemeran seandainya gua mau bikin cerita kayak Romeo dan Juliet, atau Putri Salju dan 7 kurcaci. Nyaris semua cowoknya muka-muka rebel, sedangkan ceweknya muka-muka mirip cabe-cabean semua. Lalu gimana dengan muka gue sendiri? Gue yakin, lebih dari 90% responden yang ditanyain, bakalan bilang kalo gue bermuka mesum. Apalagi kalo nanyanya ke temen sekelas gue. Pasti 100% bilang iya kalo ditanya apakah gue mesum. Hell yeah. Akhirnya, karena segala kekurangan tersebut, gue pun nyuruh si Scriptwriter buat bikin cerita cinta yang ada actionnya buat menyesuaikan dengan muka-muka preman yang ada di kelas gua. Awalnya para preman itu hampir mogok main karena mereka nggak suka pas tau kalo kelas kita kebagian genre drama. Tapi setelah gue jelasin konsepnya, mereka pun setuju dan akhirnya terwujudlah judul "The Bad Guy's Journal: Save The Good Girl". Kalo diliat sekilas mungkin mirip Punk In Love. Tapi kemiripannya cuma 20% mungkin karena gue nggak terlalu hobi memplagiat. Dalam perjalanan mencari pemeran, agak susah nyari orang yang cocok buat jadi tokoh yang romantis karena di kelas gue rata-rata anaknya bermuka datar, slenge'an, dan bahkan mesum kayak gue. Tapi setelah melalui perenungan panjang dan sedikit maksa kepada si orang agar mau jadi pemeran tokoh utama, akhirnya doi mau. Yang susah lagi adalah tentang sudut pengambilan gambar. Nggak ada satupun manusia di kelas gue yang tahu banyak tentang ini. Apalagi cewek-ceweknya yang tahunya cuma ngangkat tongsis setinggi-tingginya. Hell yeah. Tapi akhirnya kita otodidak dan hasilnya lumayan lah dibanding kena topan mengingat segala macam keterbatasan properti buat audio visual. Gue pun kemudian sangat menikmati kerjaan gue sebagai sutradara yang memimpin jalannya syuting yang dibintangi oleh manusia-manusia binal dari kelas gue. Awalnya memang agak sulit buat menyatukan pendapat tentang unsur-unsur intrinsik maupun ekstrinsik dari proyek film ini. Tapi seiring waktu, kami makin solid dan enjoy dengan apa yang harus kita kerjakan. Kualitas pun sedikit demi sedikit mulai merangkak naik satu senti lebih baik. Dan gue bangga dengan mereka karena mereka mau belajar demi kepentingan bersama. Yah, semoga apa yang gue temen-temen gue inginkan dapat tercapai tepat waktu dan hasilnya nggak mengecewakan. Amin. Berikut gue lampirkan beberapa foto di sela-sela take adegan.
 Kiri-kanan: Dedy, Yogie, Firman

 Lagi diskusi sama Mas Produser (paling kiri)

 Pemain dalam berbagai pose di sela-sela syuting

 Kiri-kanan: Bang Produser lagi istirahat bentar bareng Kameramen 1

Paling kiri: pemeran antagonis yang sempet-sempetnya minta difoto

Tuesday, November 25, 2014

Bung Ahdan

Yang gua sebut Bung Ahdan disini bukanlah adik ato sodara dari Bung Tomo ataupun Bung Karno. Dia adalah sesosok cowok item manis (kayak upil) yang punya jabatan sebagai Ketua Angkatan 2014 di Program Studi Bahasa Inggris (gue anak buahnya). Orangnya sekilas sih biasa aja dan memiliki aksen medok Jawa karena doi punya gen Jogjakarters (sebutan gua buat orang Jogja). Kalo diliat dari penampilan, doi bukanlah orang yang primitif soal fashion (seperti misalnya berangkat kuliah pake baju dari daun pisang) ataupun terlalu futuristik (semisal make sepatu roket kemana-mana). Doi standar aja.

Ahdan Oktavian Grandis Saksomo

Tapi yang membuat gue nulis tentang doi adalah habit-nya yang nggak biasa. Salah satu yang gue heranin adalah kebiasaan doi bawa Surat Yasin ke kelas. Yang membuat kebiasaannya wow adalah doi baca itu surat sambil pake headset! Gue nggak ngerti apa yang sedang doi dengerin melalui headsetnya. Tapi yang jelas, ketika gue melihat orang pake headset, maka, yang ada di pikiran gue adalah A7X dan Eminem. Dan A7X maupun Eminem bukanlah hal yang matching buat disandingkan dengan Surat Yasin. Kebiasaan aneh lainnya adalah mensugesti orang. Ato bahasa kasarnya, bertindak mirip Uya Kuya. Tapi jangan pernah punya pikiran bahwa doi bakal jejingkrakan dengan binal kayak Uya. Doi lebih kalem. Kalo di analogikan, doi memiliki sifat sepertiga Uya Kuya, sepertiga Romy Rafael, dan sepertiga Cristiano Ronaldo. Kenapa bisa campur aduk begitu? Pertama, dia kayak Uya Kuya karena doi pernah menghipnotis temen gue di depan umum untuk berbuat absurd. Kedua, doi mirip Romy Rafael karena dalam cara menghipnotis doi lebih kalem. Dan yang ketiga, doi mirip Cristiano Ronaldo karena doi lumayan bagus dalam main futsal dan agak kasar juga kalo kepepet (bagaimanapun doi juga manusia yang punya emosi). Selain itu, doi juga merupakan ketua yang lumayan bagus. Hari ini doi melakukan dua kali renungan gara-gara barang temen-temen gue banyak yang ilang. Dalam renungan itu, doi melontarkan pernyataan begini: "Kalo sampe malingnya ketemu, saya nggak akan segan-segan menghajar si maling bareng-bareng dengan anak satu kelas. Dan saya mau-mau aja dilaporkan ke Ketua Jurusan gara-gara ini". Gua agak shock sekaligus bangga dengan mata masih tertutup (FYI, dalam kedua renungan tersebut gua dan temen-temen dimohon memejamkan mata). Gue akui bahwa gue memang punya kesukaan terhadap kekerasan. Dan gue nggak pernah menyangka bahwa doi akan sampe ngeluarin pernyataan kayak gitu meskipun doi adalah seorang cowok yang juga memiliki perbendaharaan kata-kata kasar. Well, terlepas dari kekurangan yang dimiliki doi, overall, doi adalah sesosok ketua yang perhatian terhadap anak buahnya. We're proud of you, Sir!

Sunday, November 23, 2014

Weee... capek bro abis ikut kegiatan diatas. Gue nggak nyebut itu jalan sehat. Gue menyebutnya "1 Jam Mengenal Alam Bersama POLIJE". Bukannya gue nyebut gitu karena itu semacam acara jalan lintas alam, tapi julukan itu muncul karena rute jalannya itu masuk-masuk gang yang deket sama sawah, ladang, beberapa pekarangan, dan juga tempat kost temen-temen. Gue bener-bener nggak ngerti kenapa panitia milih rute yang sedemikian absurd buat acara JJS. Gue sendiri berspekulasi kalo kayaknya kampus gue enggan lewat jalanan di deket kampus tetangga. Gue sih nggak ngerti seberapa besar tensi ketegangan antara kampus gue dengan tetangga sehingga nyebabin pemilihan rute yang agak nggak biasa itu. Oke, kembali ke acara. Seperti layaknya acara-acara lain di Indonesia, acara hari ini juga agak lama yang mau mulai. Padahal udah dari kemaren-kemaren panitia koar-koar kalo kita harus dateng jam 6. Dan peserta baru dilepas jam 6.30. Setengah jam nunggu diantara 4000-an peserta itu nggak sama rasanya dengan nunggu gebetan ngapelin (note: gue jomblo padahal) lho. Waktu jalan, gue sempet heran ngeliat ada ambulans kampus yang ngikutin. Padahal, kalo menurut gue, jaraknya nggak jauh-jauh banget sampe nyebabin salah satu peserta koit misalnya.  Tapi gue bersyukur kemudian, karena dibalik semua ke-absurd-an itu, panitia masih baik banget mau ngasih konsumsi nasi bungkus yang udah gua idam-idamkan karena tadi pas mau berangkat, gue belom sarapan. Secara gitu, warung macam apa yang udah komplit di jam 6? Selain dari segi konsumsi, yang gue suka dari acara ini adalah gue bisa moshing dengan peserta lainnya pas acara hiburan. Emang sih hiburannya bukan bergenre hardcore, tapi paling nggak dengan moshing itu kita bisa ngelepasin stres sekaligus ketombe yang melekat di kepala sambil mengikuti irama musik dangdut yang dimainkan.

Harga diri gue agak runtuh di acara ini. Secara, selama ini gue nggak pernah nyimpen apapun yang berbau dangdut di gadget gue demi mempertahankan image gue yang terkenal penyuka hardcore dan dubstep. Tapi di acara ini, gue nggak tahan buat nggak goyang bareng-bareng. Dan segera muncullah minat terpendam gue terhadap Meggy Z. Gue goyang terus sama temen-temen sampe acara berakhir. Agak kecewa sih gara-gara nggak dapet satupun hadiah. But, it's ok lah. Pokok'e joget!

Futsal ESCOM CUP 2014

Well, apa ya kata yang bisa ngegambarin suasana pagi kemarin yah? Intinya, kemarin adalah amazing weekend deh buat gue. Nggak sepenuhnya amazing sih, tapi yah, lumayan beda lah dibanding kegiatan gue di weekend biasanya (bangun tidur-ngenet-ngupil-makan-tidur lagi).  Yang bikin beda adalah karea status gue hari itu sebagai seorang kiper (jangan pernah berpikiran penampilan gue sekeren Iker Casilas, nggak nyampe men, ketinggian!). Ya, hari itu gue berperan jadi kiper sekaligus kapten tim futsal kelas gue di turnamen internal jurusan. Kalo loe nanya rasanya kayak gimana, ya, sebagai newbie pastinya gue lumayan kagok gitu lah perform-nya. Gue akui gue sucks banget kayaknya tadi pas main. Tapi paling nggak sucks-nya nggak keliatan karena gue ngendon terus di gawang dan melakukan beberapa penyelamatan yang not bad lah buat ukuran newbie. Dan yang bikin gue bangga adalah karena gue make jersey dengan nomor punggung 1 men! It's awesome! Status gue juga kapten. Hehehe. Berarti ada lah satu hal yang bisa gue banggain sepanjang eksistensi gue di kampus dengan status mahasiswa baru. Mengenai permainan tim, sumpah, anak buah gua kayak sekumpulan monyet liar yang main lepas tanpa kendali bagaikan maling beha yang ketangkep. Secara gitu, disaat tim kelas lain latihan, gue sama anak-anak lagi sibuk main bola bekel. Nah lho? Nggak gitu juga lah. Gue sama anak-anak lagi sibuk ngerjain proyek film buat UAS yang ditargetin selesai akhir bulan ini. Jadi setiap ada jam kosong, selalu gue manfaatin buat take adegan. Balik lagi ke turnamen. Hasil akhir yang diperoleh tim gue nggak memuaskan. Kita kalah 0-1 dari para tetua Semester 5. Hell yeah. Mereka gede-gede, Bung! But, it's ok lah. Paling nggak itu berhasil membuat gue bangkit dari kasur gue tercinta buat sejenak.

Saturday, November 22, 2014

Desain Kaos

Aplikasi yang digunakan: Adobe Photoshop CS5
CP: 087712461699
FB: hayleyseanwilliams@gmail.com