Thursday, December 4, 2014

The Rainy Season and My Acer D270

Holy Fucking Shit! Mungkin itulah yang bisa gue sampaikan buat pembukaan post kali ini. Kenapa bisa sampe gitu?

   First, ini musim hujan. Ketika mendengar kata musim ujan, mungkin sebagian dari loe bakalan bertanya: Lha, terus kenapa kalo musim hujan? Emang musim hujan termasuk tanda-tanda kiamat gitu? Ya nggak gitu-gitu amat lah persoalannya. Ini sama sekali nggak ada hubungannya dengan kiamat meskipun jiwa raga gue agak menderita karenanya (caelah). Hal utama yang dipikirkan ketika musim hujan dateng adalah JEMURAN. Bener nggak? (yang bilang nggak berarti nggak pernah nyuci baju ato emang lebih suka nggak pake baju) Semenjak musim ujan dateng, perasaan gue menjadi was-was ketika mau nyuci baju. Secara gitu, ketika gue udah nyuci dan jemur cucian gue, setengah jam kemudian ujan dateng rame-rame dengan tanpa dosa menyerbu semua CD, bra, kolor, dan apapun yang menggantung di tali jemuran. Oh, Man! Sialan banget deh ketika gue menyaksikan betapa riang gembiranya si rintik ujan maen lompat-lompatan di atas jemuran gue yang udah gue cuci dengan penuh cinta. Dan yang paling membuat gue bernafsu buat menyumpal lobang pantat, eh maaf, lobang langit maksudnya, adalah ketika jemuran gue udah 80% kering, lalu di detik-detik terakhir menuju 95%, si rintik-rintik ujan kembali dateng keroyokan bareng temennya untuk menyerang jemuran umat manusia di bumi. Hell yeah. Ketika kejadian biadab itu terjadi di depan mata gue, yang bisa gue lakuin adalah: menatap jemuran dengan sendu -> meraih bantal di deket gue -> air mata mulai sedikit menitik -> meratap kepada Tuhan tentang mengapa semua ini harus terjadi. Oh, tunggu, kayaknya gue ketuker antara FTV sama ratapan pemilik jemuran. Sorry. Yang bener adalah gue bakal menatap kesal kearah jemuran, lalu kembali ke kamar dan tidur. Oke, emang terkesan payah banget sih. Tapi selain itu, gue harus ngapain? Nangis bombay sampe ujan berhenti gitu? Sangat 4L4y deh.

   Second, Acer D270 gue lagi kehilangan separo jiwanya. FYI, ini adalah masalah terbesar yang melanda gue di awal Desember. Secara gitu, pacar yang gue sayang banget (karena gue jomblo) ini kehilangan separo jiwanya tepat di depan mata gue! Loe pasti bertanya apa maksud dari frasa "kehilangan separo jiwanya". Oke gue jelasin. Jadi ceritanya, kemaren lusa itu adalah sore yang dihiasi oleh mendung yang lumayan abu-abu dan rintik ujan yang basah (ya iya lah, Bego!). Ketika itu, posisi gue lagi uenak banget. Yakni gue lagi berbaring miring sambil baca komik di layar pacar gue yang juga ikut gue miringin. Si pacar waktu itu lagi di- charge. Gue nggak pernah menduga bahwa hari itu si pacar bakalan bernasib sial. Sampai ketika gue mendengar petir yang sangat keras bersamaan dengan sengatan listrik yang mengenai tangan gue yang waktu itu lagi megang si pacar. Gue tentu saja kaget dan refleks ngecek keadaan si pacar. Sekilas gue nggak menemukan apapun yang keliatan kayak gosong ato terbakar. Setelah itu, gue segera men-shut down si pacar dan menyimpannya di dalam lemari. Gue sih tenang-tenang aja hari itu karena si pacar bisa shut down dengan normal. Gue pun kemudian berkeliling ke kamar lain dan mendapati bahwa charger temen gue konslet, lalu modem wi-fi kamar gue ternyata juga konslet. Jadilah sepanjang sore itu kita galau karena nggak ada sinyal yang menari-nari di notification bar. Dan ketika malam mulai merambat, gue hendak men-charge si pacar ketika gue mendapati bahwa charger gue nggak berfungsi. Gue udah mencoba ngutak-atik, tapi nggak berhasil. Akhirnya gue menyerah dan minjem charger temen gue. Setelah itu gue menduga jangan-jangan ini ada hubungannya dengan gue yang kesetrum tadi sore. Itulah yang kemudian gue analogikan sebagai "kehilangan separo jiwanya". Si pacar sekarang kasian karena nggak bisa gue ajak kerja kapanpun karena gue nggak punya charger. So, buat kalian semua yang punya saran buat beli charger second, bisa komen di sini. Dan bagi yang nggak punya saran, silahkan ke laut aja buat ngambang sama ikan teri. Oke?

No comments:

Post a Comment