Monday, January 4, 2016

New Year Resolutions: Berani Sumpah?

   New Year Resolutions bukan istilah yang asing buat kita semua. Meskipun mungkin kita nggak tau arti pastinya, paling nggak ketika ada yang ngomongin masalah New Year Resolutions kita tau maksudnya. Gua sendiri juga nggak terlalu tau sebenernya mengenai arti dari istilah New Year Resolutions. Yang gua tau, NYR adalah semacam planning yang memfokuskan tujuannya ke arah memperbaiki kesalahan agar kedepannya lebih baik yang biasanya di buat di akhir tahun. Yeah, whatever lah definisinya. Gua lagi nggak mau bahas perdebatan mengenai istilah NYR itu sendiri. Yang pengen gua bahas kali ini adalah mengenai pelaksanaannya yang, unfortunately, pada kenyataanya sering nggak di jalankan.
   Oke, sebelum kita ngebacot lebih jauh tentang NYR, mending kita satukan visi (ciaelah, gitu amat), sorry, maksud gua mari kita sepakat tentang definisi NYR yang merupakan planning untuk memperbaiki kesalahan. Kenapa gua minta kita menyatukan pendapat? Hal itu nantinya buat menghindari komentar-komentar nggak nyambung semisal "Hah? Resolusi kan ukuran layar" atau "Resolusi? Makanan semacam lumpia kan?" (itu mah risoles, kampret).



   Sesuai dengan definisinya yang merupakan planning untuk memperbaiki kesalahan, resolusi sebenernya nggak harus dibuat pas akhir tahun. Kita bisa kapan aja menyusun resolusi. Akhir bulan, akhir minggu, bahkan ketika loe mau tidur, loe bisa membuat resolusi buat hari esok. Nggak ada hari-hari tertentu untuk membuat resolusi. Loe bisa kapan aja bikin sesuai keperluan. Nggak mungkin kan loe bikin resolusi tentang jadwal bersihin jamban pas nanti akhir tahun? Keburu WC nya ganti model termutakhir bro (yang mana gua bayangin flushernya touchsreen dan ee'nya bisa di-recycle jadi keripik. Yuck!). Selain masalah waktu, yang harus loe perhatiin ketika loe bener-bener mau bikin resolusi adalah kesanggupan loe dalam melaksanakan resolusi tersebut.



   Seringkali orang lebih mengutamakan "Apa ya yang keren buat resolusi?" ketimbang "Apa ya yang bisa gua perbaiki tahun depan?". Mungkin nggak semuanya kayak gitu. Tapi pastinya ada lah yang seperti apa yang gua sampaikan di depan. Gua sendiri juga sering kayak gitu. Gua adalah orang yang tambun. Dan gua pernah berjanji bahwa semester depan gua bakalan ngurangi makan dan lebih mentingin tugas. In fact, ketika semester selanjutnya berjalan, intensitas memangsa gua makin menjadi karena ternyata jadwal kuliah gua makin hari makin greget sehingga menimbulkan rasa balas dendam ketika udah nyampe di kamar setelah seharian jungkir balik ngerjain tugas. Kemudian gua sempet merenung lalu kesurupan jin ular sehingga gua mendesis kayak orang imbisil yang mulutnya kebanyakan ludah. Eh, maaf. Maksud gua, setelah pertengahan semester, gua nyerah. Gua nggak lagi meakukan seperti apa yang gua janjikan. Gua kemudian merenung dan mengevaluasi apa yang salah. Ternyata, gua terlalu kepedean dalam membuat rencana. Gua membuat sebuah resolusi yang begitu keren tanpa mengetahui kapasitas gua sendiri. Emang sih, ada pepatah mengatakan "Man proposes, God disposes". Tapi tentu saja itu nggak bisa selalu dijadikan dalih ketika loe gagal dalam melakukan sesuatu.
   Intinya, guys, dalam membuat resolusi, yang paling penting adalah apakah kita bisa ngelakuinnya. Akan sangat percuma banget sebuah resolusi yang dengan kerennya loe bikin dengan segala macam konsep tapi akhirnya mangkrak gitu aja karena loe nggak mampu menjalankannya. Hal itu tuh bagaikan loe dengan pedenya masang woro-woro cari istri dengan segudang persyaratan greget kayak syarat masuk Sekolah Bintara padahal loe nya mah nggak lebih ganteng dari Udin Gambut ato bintang iklan cekrek-cekrek Axis. Bergayalah sesuai isi dompet dan wujud tampangmu guys. Gua bukannya mau bikin loe jadi patah arang dalam membuat resolusi. Bukan. Gua cuma pengen nantinya, apapun resolusi yang loe buat, loe bisa ngelakuinnya. Kan kalo planning loe berjalan semua bisa disombongin dikit tuh ke temen-temen. Gua juga pengennya dalam membuat resolusi nanti, loe bener-bener membuat apa yang sekiranya sesuai sama apa yang loe butuhkan. Jadi, nggak ngabis-ngabisin kertas sama pulpen gituloh (BTW, pulpen konon merupakan harta yang sangat berharga bagi pelajar dan pulpen lebih sering dicuri ketimbang jemuran daleman. Secara gitu, seorang pelajar mana mungkin nulis pake kancut temennya? Gila apa loe?).



   Kalo menurut gua, resolusi yang baik adalah yang bertahap. Misalnya nih, tahun ini loe putus sama pacar loe. Resolusi yang loe buat hendaknya mulai dari mencoba untuk tega menghapus fotonya, dilanjutkan dengan mulai nggak sering ngehubungin doi, mengurangi intensitas galau harian, baru kemudian mencoba mencari tambatan hati yang baru. Jangan langsung ketika baru putus loe membuat keputusan yang ekstrim semisal menjadi artis film porno, eh maaf, maksud gua dengan memutuskan menikah 3 hari kemudian dengan orang random yang loe sendiri bahkan nggak tahu siapa dia. Syukur kalo misalnya orang baru itu bisa cepat membuat loe melupakan mantan loe. Kalo ternyata orang barunya nggak bisa ngegantiin posisi dia di hati loe? Bisa bahaya tuh. Bisa aja si doi kemudian menceraikan loe. Kan serem tuh harus jadi janda ato duda di usia muda. Maka dari itu, sedikit demi sedikit aja lah kalo mau move on. Move on memang hukumnya agak-agak wajib gimana gitu. Tapi bukan berarti loe harus move on seketika itu juga ketika udah putus. Move on itu nggak bisa seketika, Guys. Everything needs a process. Kalo pengennya move on yg instan ya silahkan pergi ke Coral Brain di Bikini Bottom. Di situ loe bisa tuker otak semau loe.Plus jasa instalasi komponennya juga. Dan bisa dapet diskon 10% dengan kartu kredit Bank Mega (eh, kok jad ngiklan ya? Gua pake Mandiri BTW)
   Yaudahlah ya, akhir kata, gua doain loe semua biar resolusinya berjalan lancar dan terlaksana semua. Tapi sebelom itu, gua tanyain nih. Berani sumpah bakal ngelakuin apa yang sudah loe janjikan?

Oh iya, Happy New Year buat readers semua! ^_^

No comments:

Post a Comment