Oke, balik ke masalah proyek. Kalo diliat statistiknya pake persentase, gue rasa itu film udah jalan sekitar 25-30%. Angka segitu menurut gue udah cukup bagus mengingat betapa binalnya temen sekelas gue dalam pembuatan film. Ada yang mukanya preman, ada yang weird, ada yang aksennya lucu, bahkan sampe ada yang pasrah aja mau ditaruh di peran apa. Sangat complicated emang manusia-manusia di kelas gua. Padahal kelas gue kebagian genre film drama. Tapi, setelah gue liat-liat, rasanya nggak ada wajah-wajah yang pas buat jadi pemeran seandainya gua mau bikin cerita kayak Romeo dan Juliet, atau Putri Salju dan 7 kurcaci. Nyaris semua cowoknya muka-muka rebel, sedangkan ceweknya muka-muka mirip cabe-cabean semua. Lalu gimana dengan muka gue sendiri? Gue yakin, lebih dari 90% responden yang ditanyain, bakalan bilang kalo gue bermuka mesum. Apalagi kalo nanyanya ke temen sekelas gue. Pasti 100% bilang iya kalo ditanya apakah gue mesum. Hell yeah. Akhirnya, karena segala kekurangan tersebut, gue pun nyuruh si Scriptwriter buat bikin cerita cinta yang ada actionnya buat menyesuaikan dengan muka-muka preman yang ada di kelas gua. Awalnya para preman itu hampir mogok main karena mereka nggak suka pas tau kalo kelas kita kebagian genre drama. Tapi setelah gue jelasin konsepnya, mereka pun setuju dan akhirnya terwujudlah judul "The Bad Guy's Journal: Save The Good Girl". Kalo diliat sekilas mungkin mirip Punk In Love. Tapi kemiripannya cuma 20% mungkin karena gue nggak terlalu hobi memplagiat. Dalam perjalanan mencari pemeran, agak susah nyari orang yang cocok buat jadi tokoh yang romantis karena di kelas gue rata-rata anaknya bermuka datar, slenge'an, dan bahkan mesum kayak gue. Tapi setelah melalui perenungan panjang dan sedikit maksa kepada si orang agar mau jadi pemeran tokoh utama, akhirnya doi mau. Yang susah lagi adalah tentang sudut pengambilan gambar. Nggak ada satupun manusia di kelas gue yang tahu banyak tentang ini. Apalagi cewek-ceweknya yang tahunya cuma ngangkat tongsis setinggi-tingginya. Hell yeah. Tapi akhirnya kita otodidak dan hasilnya lumayan lah dibanding kena topan mengingat segala macam keterbatasan properti buat audio visual. Gue pun kemudian sangat menikmati kerjaan gue sebagai sutradara yang memimpin jalannya syuting yang dibintangi oleh manusia-manusia binal dari kelas gue. Awalnya memang agak sulit buat menyatukan pendapat tentang unsur-unsur intrinsik maupun ekstrinsik dari proyek film ini. Tapi seiring waktu, kami makin solid dan enjoy dengan apa yang harus kita kerjakan. Kualitas pun sedikit demi sedikit mulai merangkak naik satu senti lebih baik. Dan gue bangga dengan mereka karena mereka mau belajar demi kepentingan bersama. Yah, semoga apa yang gue temen-temen gue inginkan dapat tercapai tepat waktu dan hasilnya nggak mengecewakan. Amin. Berikut gue lampirkan beberapa foto di sela-sela take adegan.
Kiri-kanan: Dedy, Yogie, Firman
Lagi diskusi sama Mas Produser (paling kiri)
Pemain dalam berbagai pose di sela-sela syuting
Kiri-kanan: Bang Produser lagi istirahat bentar bareng Kameramen 1
Paling kiri: pemeran antagonis yang sempet-sempetnya minta difoto
No comments:
Post a Comment